Oleh : Hefra Lahaldi
Tokoh Pemuda Lahat
Efektifitas dari perjuangan bangsa ini adalah peran pemuda dalam Meng-GELORAKAN semangat dialog antar bentuk primordial. Dialog selama tiga hari itu yang akhirnya melahirkan entitas baru dengan landasan takdir kesamaan dalam penderitaan keterjajahan.
Entitas itu bernama Indonesia. Dengan sebuah dialog, 350 tahun keberadaan kolonial di Nusantara yang daya resisten kesukuan kita tak lagi sanggup menjadi solusi. Maka 1928 sampai 1945 (17 tahun) adalah waktu yang relatif efektif dalam menghadirkan kemerdekaan dan entitas baru sekaligus.
Dialog ini jugalah cara Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam di periode awal dakwahnya. Pembesar Quraisy kesemuanya dilibatkan dalam proses ini. Bahkan turunnya surat Abasa salah satu bentuk yang mengingatkan nabi ketika berdialog dengan pembesar Quraisy Walid Ibn. Mughirah tapi mengabaikan Ummu Maktum yang buta. Dialog inilah yang diharapkan oleh nabi ketika beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam mengirim surat kepada raja-raja di sebagian negeri.
Dialog ini menurut Emil Asy’ari cikal bakal yang akan melahirkan komitmen. Karena petuah dari Wak Habibullah Komar dan kak Khairul Anwar aka Elong. “Dialog yang hadir dari hati akan sampai ke hati”.
Arab jahiliah salah satu alasan menolak dakwah nabi adalah tidak mau di “gurui” oleh anak-anak mereka (Red-pemuda zaman itu). Disini pandangan Wak Habib menempatkan orang tua secara proporsional sebagai panutan petuahan. Tapi, kerja-kerja taktis dan strategis tetap dijalankan oleh pemuda (belajar dari sejarah sumpah pemuda).
Saatnya ormas Pemuda Pancasila membuka atau menghadirkan ruang dialog dengan segenap lapisan. Yang bisa jadi, ruang dialog itu sebagai jalan menjadikan entitas baru. Dari sebuah organisasi menjadi sebuah pemerintahan. Dan ini pernah terjadi pada periode.. ??!
92 Sumpah Pemuda dan Maulid Baginda nabi. Memesankan kepada kita untuk menghadirkan ruang dialog menuju berkebaikan.
Lahat, 29 Oktober 2020