Oleh: Syahdami
(Mahasiswa Magister Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia)
Pandemi Covid-19 yang berasal dari Wuhan China sejak awal tahun 2020 ini, telah mengakibatkan kekacauan diberbagai sendi-sendi kehidupan manusia. Tak terkecuali sektor ekonomi, nyaris seluruh negara di dunia telah mengalami resesi ekonomi yang cukup parah sejak “The Great Depression”. Krisis yang terjadi di awal abad 20 tepatnya di tahun 1929-1939 melanda berbagai negara khususnya Amerika Serikat dan Negera Eropa.
Saat ini krisis ekonomi yang nyaris serupa dengan Great Depression sedang mengancam dunia. Indonesia sendiri telah resmi menyandang status negara yang mengalami resesi ekonomi, hal ini terjadi setelah dua kuartal berturut-turut perekonomian Indonesia tumbuh minus 5,32 persen pada kuartal-II dan proyeksi minus 2,9 persen di kuartal-III (antaranews.com, 29/09/20).
Tak hanya Indonesia yang mengalami resesi ekonomi akibat dampat pandemi Covid-19, tercatat ada 44 negara yang juga mengalami hal yang sama. Bahkan negara-negara ini telah lebih dahulu mengalami resesi dari Indonesia, diantaranya Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Singapura dan lain-lain. (cnbcindonesia.com, 09/09/20). Negara tetangga Singapura mengalami resesi lebih parah dari Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi mencapai minus 13,2 persen di kuartal-II. (okezone.com, 11/08/20).
Dilema Pemerintah
Pemerintah Indonesia terlambat dalam mengantisipasi penyebaran Virus Covid-19, saat di China sudah sangat masif penyebarannya terutama di Kota Wuhan, pemerintah belum menerapkan pembatasan arus masuk warga negara China yang notabene sedang dalam kondisi rentan membawa virus. Penerbangan dari dan ke China masih tetap berjalan, kebijakan pembatasan di dalam negeri juga belum diterapkan.
Saat virus Covid-19 mulai menyebar di dalam negeri barulah kemudian pemerintah seolah galegapan mengahadapinya, Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) yang diharapkan mampu menekan angka penuluran nyatanya berdampak signifikan terhadap roda perekonomian. Sehingga sistem buka-tutup PSBB mulai dijalankan, hasilnya bisa sudah bisa diduga penyebaran virus Covid-19 tetap tinggi bahkan mencapai rekor melebihi negara asalnya China dan roda perekonomian juga tidak maksimal sesuai harapan.
Berbeda dengan negara tetangga Indonesia yakni Vietnam yang lebihsigap dalam menghadapi pandemi ini. Saat penyebaran virus corona mulai menyebar di China, pemerintah Vietnam menerapkan pembatasan aktivitas sosial di masyarakat dan menutup perbatsannya di darat dengan China serta melarang penerbangan dari dan ke China.
Hasilnya dirasakan Vietnam saat ini dari segi penyebaran pandemi Covid-19, Vietnam mampu menekan angka penularannya di masyarakat. Bahkan Vietnam yang merupakan negara yang dari segi perekonomian masih di bawah Indonesia mampu sukses menjaga nol kasus kematian akibat pandemi Covid-19 sampai Juli 2020, di saat yang sama di Indonesia sudah ribuan nyawa meninggal dunia.Setelah mampu menekan penularan Covid-19 perekonomian di Vietnam dapat kembali beraktivitas dengan masksimal, hal ini menjadikan ekonomi Vietnam bersama dengan China masihtetap bisa tumbuh di tengah-tengah resesi global yang terjadi saat ini.
Sinergisitas Kebijakan Pusat dan Daerah
Ditengah kondisi perekonomian yang sudah memasuki resesi, pemerintah pusat berupaya meningkatkan sektor konsumsi masyarakat dengan menggelontorkan dana ratusan Triliun Rupiah untuk berbagai bantuan sosial masyarakat. Harapannya perekonomian Indonesia yang memang sebagian besar ditopang oleh sektor konsumsi, dapat menjaga nilai Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. PDB yang merupakan hasil pengabungan dari sektor konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor dikurangi impor (Karl, 2009).
Ironisnya di sisi lain pemerintah daerah yang notabene bagian dari perpanjangan tangan pemerintah pusat di daerah, malah melakukan kebijakan yang kontradiktif dengan masih banyaknya dana mengendap di rekening pemerintah daerah yakni sebesar Rp. 239,5, dana yang berasal dari transfer pusat ke daerah (bisnis.com, 19/10/20). Dengan dana sebesar itu seharusnya dapat dimanfaatkan untuk belanja produktif dan pembangunan dalam rangka meningkatkan perekonomian yang sedang terseok-seok saat ini. Hal ini dapat menyebabkan program pemerintah pusat untuk membangkitkan perekonomian menjadi tidak masksimal.
Peluang dan Tantangan
Indonesia merupakan negara keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat, dengan kisaran 270 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar tentu ini dapat menjadi keuntungan bagi Indonesia, apabila dapat dimaksimalkan potensinya. Apalagi perekonomian Indonesia yang lebih dari separuh dari PDB adalah berasal dari sektor konsumsi rumah tangga, yakni 56,82% dari PDB (katadata.co.id, 06/05/19). Pemerintah harus terus berupaya meningkatkan sektor konsumsi ini dengan berbagai program yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga dapat mengimbangi sektor-sertor lain yang terus mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19.
Namun disaat yang sama pemerintah Indonesia menghadapi tantangan yang cukup besar, terutama dari sektor kesehatan masyarakat. Semua pihak harus terlibat aktif dalam menjaga penyebaran virus covid-19 ini, agar nantinya tidak menjadi bencana yang semakin besar. Dengan dalih perekonomian malah mengorbankan aspek kesehatan masyarakat, hal ini menjadi tugas kita bersama.
Sudah saatnya pada situasi dan kondisi saat ini semua pihak harus mendukung segala upaya pemerintah pusat dalam rangka menjaga perekonomian nasional. Pemerintah daerah harus seirama dengan pemerintah pusat, pihak swasta yang punya modal besar juga sudah saatnya ‘berkorban’ dengan membantu masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. Antar lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah harus segera bersinergi untuk kepentingan bangsa dan negara. (Sekian)
Lahat, 30 Oktober 2020