LAHAT, wartabianglala.com – Warga Kelurahan Kota Jaya dan Pasar Bawah biasa memanggilnya Mang Supri (48). Wajahnya tidak asing lagi bagi warga di dua kelurahan ini, terlebih lagi Kelurahan Pasar Bawah. Bagaimana tidak kenal dengan Mang Supri, setiap hari dengan gagah dan cekatan ia mengendarai Bentor bersama rekannya mengangkut sampah dari rumah ke rumah.
Sejak 4 bulan terakahir, Mang Supri yang tinggal di RT:01, Gang Veteran, Kelurahan Kota Jaya sudah tidak pernah lagi terlihat turun–naik Bentor dan mengangkat keranjang sampah warga. Tidak terdengar lagi bunyi kotak sampah yang diangkat, meski di dalam rumah orang-orang tengah bersantai.
Hingga tiba kabar dari salah seorang warga yang menceritakan bahwa Mang Supri saat ini tengah didera sakit. Bahkan diceritakannya bahwa Mang Supri tidak pernah makan nasi sejak beberapa bulan terakhir.
Dikuasai rasa penasaran, kami menjenguk langsung Mang Supri ke kediamannya. Dari teras rumahnya, menengok isi rumah dari pintu yang terbuka, terlihat Mang Supri tengah tersadai lemah di atas kasur dan sehelai selimut. Sayup-sayup terdengar rintihan-rintihan kecil dari mulutnya.
Menyadari kedatangan kami, dengan kondisi lemah dan tubuh yang terlihat kurus kering, Mang Supri beranjak dari kasurnya. Dengan raut menahan sakit, ia memaksakan seutas senyum sebagai bentuk keramahan menyambut tamu.
Begitu berbeda. Mang Supri yang gagah den cekatan itu sudah tidak tergambar lagi dari sosoknya yang sekarang. Petugas Kebersihan Kecamatan Kota Lahat yang bertugas di wilayah Kelurahan Pasar Bawah ini terlihat lesu tak bergairah. Bahkan, di tengah obrolan dengan kami, sempat ia bergegas menuju parit dan muntah-muntah.
Dari obrolan dengan Mang Supri, didapati cerita bahwa sejak 6 bulan terakhir setiap ia makan pasti muntah dan keluar lagi apa yang dimakan lewat mulutnya. Tidak hanya sampai di situ, setiap hari ia merasakan nyeri dan sakit di ulu hati.
“Saya sudah berobat ke sana ke mari, mungkin sudah 5 jutaan uang saya habis. Termasuk tabungan masa depan anak-anak. Banyak versi saya dapatkan, menurut dokter spesialis yang saya temui, ada batu yang menempel di ginjal saya. Tetapi saat periksa di dokter yang lain, beda lagi. Ia mengatakan ada masalah di lambung atau maag kronis,” kisah Mang Supri sembari sesekali mengernyitkan kening sembari memegangi lambungnya.
Mang Supri sudah sejak Juni tidak lagi mengambil sampah warga. Dia sedikit panik ketika mengingat sekolah anak-anaknya. Mang Supri dengan tugasnya sebagai petugas kebersihan, menghidupi seorang istri dengan 3 orang. Anaknya yang duduk di bangku SMP 2 orang, sedangkan satu lagi duduk di bangku SD.
“Kalau ada uang diupayakan minum susu. Tapi kalau sedang tidak ada uang makan kerupuk. Mau bagaimana lagi?!” Mang Supri kembali menceritakan kondisinya saat ditanya tentang pola makannya, sementara dia selalu muntah-muntah.
Istrinya, Suluwinani (35) bekerja sebagai tukang cuci rumah tangga yang diupah hanya 150 ribu saja perbulan. Kini ada 2 rumah yang ia kerjakan. Sesekali jika sedang beruntung, ada tetangga yang memakai jasanya untuk membersihkan rumah atau menyapu halaman.
Di tengah obrolan, istri Mang Supri datang dengan membawakan segelas kopi dan segelas air putih. Sebenarnya berniat menolak, karena takut memberatkan. Hanya saja terlihat segelas kopi diketengahkan dengan penuh keikhlasan. Di tengah kondisi perekenomian yang sedang tidak baik, tetapi tidak membutakan hati keluarga ini untuk berlaku tidak baik.
Bismillah. Saya minum kopi itu dengan turut mengaminkan harapannya agar adanya bantuan dari siapa saja yang ingin membantunya.
Tidak lama berselang, sekumpulan relawan yang mengaku berasal dari Komunitas Ruang Peduli Sesama (RPS) sudah hadir di kediamannya. Membawakan bantuan dan berkoordinasi dengan istri Mang Pudin tentang usaha apa yang bisa dilakoninya. Allah Maha Baik.
Aan Kunchay.
Editor : Redaksi