Lahat, wartabianglala.com – Masih dalam rangka memperingatti Hari Pahlawan yang jatuh di bulan November, Yayasan Anak Padi bekerja sama dengan pemuda desa ring satu PLTU Keban Agung, menyampaikan keluh kesahnya terhadap dampak buruk dari aktivitas pertambangan dan PLTU Batu Bara yang telah mencemari lingkungan desa ring satu yaitu, Muara Maung, Telatang, Kebur, dan Tanjung Baru.
Dalam aksinya mereka yang rata-rata Generasi Z membentangkan spanduk yang berisi penolakan dan penyelamatan icon Kabupaten Lahat, Bukit Besak, dari tambang dan PLTU Batu Bara. Menariknya, beragam spanduk yang nereka bentangkan berlokasi di ketinggian 700 MDPL, yakni di Bukit Besak yang berada di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Merapi Selatan, Kabupaten Lahat.
Salah seorang peserta kegiatan tersebut, Kibo (20) mengatakan, mereka bersama dengan tim kampanye Anak Padi hari ini membentangkan spanduk untuk menyampaikan ke publik bahwasanya icon Kabupaten Lahat terancam. Hal ini diakibatkan aktivitas pertambangan batu bara yang sudah dekat dengan Bukit Serelo.
“Dari ketinggian 700 MDPL kita bisa lihat banyak lubang-lubang bekas tambang. Selain itu juga, beroperasinya PLTU batu Bara telah merenggut udara bersih kami karena abu yang terbang itu banyak mengandung zat logam yang berbahaya untuk manusia, hewan, dan tumbuhan,” tegasnya.
Ia juga menambahkan adanya Yayasan Anak Padi di Desa Muara Maung telah membuat mereka mengerti tentang pencemaran lingkungan yang terjadi akibat dari aktivitas tambang dan PLTU batu bara.
“Dari itu Yayasan Anak Padi juga terus memberikan pemahaman terdahap dampak buruk yang telah terjadi di desa-desa yang terdampak. Mari bersama selamatkan icon Kabupaten Lahat dari tambang dan PLTU batu bara, serta mari kita mulai bertransisi ke energy baru terbarukan,” tambahnya lagi.
Echi (22) Kordinator Kampanye Anak Padi, menerangkan bahwa aktivitas pertambangan dan PLTU batu bara telah memberikan dampak buruk terhadap lingkungan Desa Muara Maung dan lainnya. Dengan adanya kegiatan pembentangan spanduk ini dirinya berharap anak-anak muda khususnya Gen-Z lebih giat mengampanyekan isu-isu lingkungan.
“Selain ingin menyampaikan ke publik tentang terancamnya Bukit Serelo dari tambang batu bara, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengedukasi adik-adik sekitar tambang dan PLTU batu bara supaya mereka tahu tentang dampak lingkungan,” ujar Echi.
Lanjut m, Echi menambahkan akan lebih baik jika kaum muda sedari dini telah mengetahui tentang dampak lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas pertambangan dan PLTU batu bara. Setidaknya mereka bisa mengampanyekan keresahan warga yang terdampak tambang dan PLTU batu bara di media sosial mereka masing-masing.
“Untuk itu kami dari Yayasan Anak Padi terus memberikan pemahaman ke Gen-Z yang sering datang ke Posko Anak Padi. Baik itu belajar memahami tentang sistem pengelolaan limbah. Dampak-dampak dari abu pembakaran batu bara yang setiap harinya keluar dari cerobong PLTU yang mana selama ini mereka menganggap itu hanya asap biasa. Karena kurangannya pengetahuan serta tidak adanya sosialisi ke masyarakat sekitar PLTU batu bara maka mereka menjadi acuh. Tapi setelah mereka datang ke posko Anak Padi perlahan kepedulian mereka terbangun seiring pemahaman yang mereka dapatkan. Tolak tambang dan PLTU Batu Bara,” tandasnya.
Salah satu spanduk yang dibentangkan di Bukit Besar adalah “Mari bersama selamatkan Bukit Serelo Hentikan Eksploitasi di Bentang Alam Serelo”.
Redaksi