Lahat, wartabianglala.com – Peristiwa naas 3 bulan lalu mengubah nasib Valintino Deta Pratama 180 derajat. Bocah periang yang masih duduk di kelas 6 SD ini, tak bisa lagi pergi dan pulang sekolah sambil berlari seperti sebelumnya karena disabilitas fisik yang kini ia sandang.
Valintino adalah putra dari Tata Apriansyah yang sehari-hari bekerja sebagai cleaning service dan Desi Yanawati, seorang ibu rumah tangga biasa.
Dengan mata berkaca-kaca, Tata bercerita kecelakaan yang kini membuat kondisi fisik putra yang ia sayangi berbeda dengan kawan sebayanya.
Bermula dari kecelakaan yang terjadi begitu cepat ketika Valintino dan neneknya pulang dari kebun. Valintino menjadi korban tabrakan sepeda motor yang saat itu melaju cepat.
Desi, ibu Valintino menambahkan, tak ada yang menduga bahwa kecelakaan itu berdampak besar pada fisik Valintino. Putranya terbaring selama satu bulan penuh di Rumah Sakit Rabain Muara Enim, operasi demi operasi dijalani untuk menyelamatkan nyawanya. Mulai dari operasi ginjal, kaki, dan tangan, hingga pemasangan ven di tubuh Valintino.
“Ia kini cuma punya satu ginjal, ada ven di sebelah kanan, kaki kanan dan kirinya sudah tidak bisa digerakkan lagi,” cerita Desi saat dijumpai di kediamannya di Desa Tanjung Raja, Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim, Rabu (18 November 2020).
Hati Desi semakin remuk ketika putra kesayangannya bertanya apakah ia masih bisa menggapai mimpinya sebagai tentara dengan kondisi fisik yang terbatas saat ini. Sebagai ibu, Desi hanya bisa menjawab pertanyaan itu dengan menyemangati Valintino dan memintanya untuk tetap bersabar.
Kondisi fisik Valintino yang terbatas membutuhkan kursi roda untuk aktivitasnya sehari-hari. Namun, dengan kondisi keuangan keluarga yang pas-pasan untuk membeli kursi roda bukan perkara mudah.
“Kursi roda menjadi permasalahan saat ini, dengan penghasilan seadanya, kami tidak mampu membeli kursi roda,” tuturnya.
Alhasil, Valintino cuma bisa meminjam kursi roda milik tetangga yang berkondisi fisik tak jauh beda. Tetapi, jika si tetangga sedang membutuhkan terpaksa mobilotas Valintino mengandalkan bantuan kerabat dan keluarga yang ada di sekitarnya. Bahkan untuk sekadar pindah tempat duduk.
Sesekali, kawan-kawan sebaya Valintino berkunjung untuk membantu sekaligus menghibur kesepeian kawan mereka yang kini menghabiskan waktu sehari-hari dengan belajar secara daring dari rumah.
Kisah serupa tentang anak difabel yang tak memiliki kursi roda juga dialami oleh Virga Alfaro, anak yatim piatu yang kini hidup sebatang kara bersama neneknya, Rustiana Fahrizal.
Saat berusia 2,5 tahun, Virga ditinggalkan ayahnya yang kini tak jelas rimbanya. Masuk usia 4,5 tahun, ibu dari Virga meninggal dunia akibat penyakit lupus.
Rustiana dan Virga yang kini tinggal di Desa Muara Lawai, Muara Enim, hidup serba kekurangan. Apalagi dengan profesi Rustiana yang hanya buruh tani dan semakin renta usianya.
Cucu kesayangannya tak bisa berjalan karena lumpuh kedua kaki. Virga juga tak bisa bicara, mendengar, dan penglihatan terganggu. Kondisi ini ia alami karena dampak penyakit lupus ibunya.
Rustiana perlu menjaga Virga selama 24 jam untuk kebutuhan makan, minum, bahkan hingga buang air. Cucunya tak bisa lepas dari bantuannya.
Sama seperti Valintino, Rustiana juga membutuhkan kursi roda untuk menunjang dan memudahkan aktivitas sang cucu.
Kini, keluarga Virga dan Valintino bisa sedikit tersenyum lega. Kursi roda yang mereka impikan tiba melalui uluran tangan dan bantuan sinergi PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Komunitas Projo.
Valintino dan Virgo kini memiliki kursi roda untuk memudahkan kegiatan mereka sehari-hari. “Bagus kursi roda ini, nyaman, enak pakainya, terima kasih Pak. Kursi roda ini membantu sekali untuk kegiatan sehari – hari aku,” ujar Valintino sembari tersenyum lebar.
Orang tua Valintino, Tata dan Desi juga mengucapkan terima kasih atas kepedulian PTBA dan Komunitas Projo. Pancaran bahagia juga tersirat dari wajah Virga dan neneknya, yang berterima kasih atas kursi roda yang kini mereka miliki.
(red)