MUBA, wartabianglala.com – Batik Gambo (Gambir) Muba yang menjadi Icon kebanggaan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin sampai ke panggung Nasional dan internasional hingga mendunia namun kenyataan dilapangan puluhan petani gambir di Desa Toman Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan mengeluh. Pasalnya, mereka selalu dijadikan percontohan apabila ada kunjungan dari pihak yang punya kepentingan. Namun selepas kegiatan ceremonial, mereka tidak pernah diperhatikan seperti diberikan bantuan secara merata.
Dari hasil investigasi wartawan media ini di lapangan, Senin (07/12/2020) kebun Gambir di Kabupaten Musi Banyuasin hanya terdapat di Desa toman, itupun hanya segelintir warga yang menjadi petani gambir. menurut mitos yang beredas di masyarakat, Gambir itu tidak akan subur kalau ditanam di tanah Desa lain entah mengapa tidak ada getahnya, tidak seperti yang di tanam di Desa Toman.
Menurut salah seorang petani Gambir warga Desa Toman yang tak ingin disebutkan namanya dengan alasan keselamatan itu bahwa dia orang yang pertama menjadi petani Gambir sejak dari kakeknya.
“Kebun gambir kami cuma sekitar satu hektar itupun kami tige badik yang bakebon ikak , ( logat Sekayu, red),” ujarnya sembari menunjukan lokasi kebunnya.
Di sela kesibukannya mengelola daun gambir hingga menjadi getah, petani gambir itu mengeluhkan bahwa sampai saat ini belum pernah mendapat bantuan apa pun dari pemerintah.
“Kami nih dak pernah dapat bantuan apa pun, kalau bantaun dari pemerintah ada kami dengar-dengar, kadang uang, kadang berupa alat produksi, tapi ya itu, yang dapat orang itu-itu saja,” lanjutnya lagi.
“Kami sama sekali tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah adapun hasilnya kami jual dengan agen dengan harga yang tidak menentu tergantung harga pasaran agen itu,” imbuhnya.
Menurut Y bulan November kemarin baru saja dibentuk kelompok baru satu bulan tapi kami tidak ikut dan percuma saja bergabung dengan kelompok dari dulu kami tidak pernah mendapat bantuan apa saja dari pemerintah.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa batik jumputan gambo yang mendunia itu, nyata nya tidak lah dari getah gambir melainkan menggunakan limbah pengelolaan Gambir untuk pewarnaan saja.
Sementara itu, Kepala Dinas DisDagPerin Azizah saat di konfirmasi wartawan Selasa (08-12-2020) via pesan whatsappnya, sampai berita ini di unggah belum memberi tanggapan malah terkesan menghindar.
SMSI – Aan Kunchay