Lahat, wartabianglala.com – setelah melalui persaingan yang ketat dan membuat dewan juri M. Rois Rinaldi sampai geleng-geleng kapala karena takjub dengan karya-karya peserta. akhirnya, beberapa karya puisi yang ikut dalam Lomba Menulis Cerpen dan Puisi Bertema Kebudayaan Lahat yang diselenggarakan oleh media wartabianglala.com bekerjasama dengan TP. PKK Lahat dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat, secara resmi telah ditentukan pemenanganya dan telah diumumkan pada 21 Desember 2020 yang lalu secara online.
Berikut Profil singkat dan karya pemenang lomba menulis puisi kategori umum (SMA) :
JUARA 1
RESEP HEHANCANG TEHUNG*
Penulis : Okta Saputra
Okta Saputra. Lahir di Lahat. Mengamati logo-logo tim sepak bola.
Karyanya, kadang-kadang, termasuk dalam buku antologi bersama, seperti:
Antologi Pamali (Festival Literasi Tangsel, 2019) dan Antologi Puisi Damai
(Solusi Buku, 2021).
RESEP HEHANCANG TEHUNG*
Okta Saputra
1.
Bila datang laparmu,
pergilah ke ladang
Petiklah terung terakhir
yang tak sempat gugur
Lalu tanggalkan keluh kesah
untuk ditukar ikan lais
yang kini hanya hidup di
tidur lelap para nelayan
2.
Sulut puntung kayu dengan
api yang belum padam dari
masa lalu tak tertanggungkan
Asap akan bekerja untukmu:
melumuri ikan lais dengan
aroma cita-cita terbakar
Sampai kau paham bila
lais pelan-pelan mulai
dieja sebagai salai
3.
Lupakan jamur tiram
Kau cukup beruntung
rabuk-rabuk gerigit nekat
bertunas di jati-jati mati,
getah-getah lapuk, juga
tiang-tiang kampung
halaman berhantu
Maka keruk &
tadahlah sebagian
Sembari mengeluh tentang
nasib kawan yang hilang
4.
Orang-orang mengerti:
dapur tak pernah benar-
benar menyimpan dendam
selain rempah segala rupa;
garam segala ragam
Maka kerat & tumbuklah
seluruhnya sekeras orang-
orang kota menekan
amarah di jalan raya
5.
Tampung air dengan
belanga paling gembung
Amat gembung sampai
kau bisa melihat masa
lalu berenang-renang di
dalamnya; masa kini tak
ditemukan di mana-mana;
dan saat kau didihkan air,
masa depan ikut menguap
dari mulut lambungnya
6.
Di perut belanga, saat
kemudian tiap-tiap bahanmu
bertemu, kita melihat bentuk
mini dunia berlaku: terung,
ikan lais, rabuk-rabuk gerigit,
rempah-rempah dan garam
saling ligat berebut nasib
Berkeras atau lesap; membuat
takluk atau dibuat tunduk
Maka seperti juga bunyi dor
dari letupan peluru pertama,
kau hanya perlu menunggu
7.
Bila telah empuk terungmu,
padamkan api pendidih
Kucurkan semua isi belanga
pada wadah, lalu suaplah:
suapan pertama adalah
tembok kamar lama yang
dibangun ulang dan tak bakal
mencelakaimu; suapan
kedua adalah kelakar-kelakar
negara yang luruh dari sistem
pencernaanmu; suapan ketiga
adalah afeksi yang lama tak
dikenali; sedang suapan-
suapan setelahnya hanyalah
pesan-pesan keselamatan
berulang, bahwa: kau hanya
punya diri sendiri; kita hanya
punya diri sendiri; kesendirian
membuat kita bersama-sama.
Desember 2020
*) Hehancang Tehung adalah masakan berkuah yang marak ditemui di Kabupaten Lahat, terdiri dari tiga bahan utama, yaitu terung bulat, jamur, dan ikan sungai yang diasapkan (salai).
JUARA 2
MASIH ADA KUDENGAR
: Kepada Bambang Hidayat
Penulis : Dee Hwang
Dee Hwang, Kelahiran Lahat, 9 September 1991. Tulisannya meliputi cerpen, puisi, dan esai, tersebar di berbagai media cetak dan online. Pernah menjadi ilustrator isi untuk buku puisi Pada Sayap Kuda Terbang – Saifa Abdillah (2017), menelurkan novel bertajuk Serunting (2019), dan kumpulan cerita pendek Penulis yang Merancang Kematian Tokoh Utamanya (2019). Kini ia aktif sebagai pengisi suara dalam kanal youtube “Secarik Pesan di Saku Bajumu”. Penulis bisa dihubungi melalui Instagram @secarikpesandisakubajumu atau email deedeehwang@gmail.com
MASIH ADA KUDENGAR
; Kepada Bambang Hidayat.
*
Mei dalam kerumunan
Kota ini telah berulang kali lahir
Di sepanjang Lematang, masih ada kudengar;
Kebile-bile di sepanjang pasar,
musim beranyutan, ban-ban berampan.
Lalu sorak sorai rakit terakhir melewatiku
Seperti kesukaran dan kesalahan, pada arus sesungguhnya—manusia berpesta dengan melawan dan memasrahkan diri sendiri.
Hijau zamrud, aturan alam, dan kerja manusia pernah mencelang mata kita
Bukit barisan, kebun kopi di seberang, piluk terperangkap selemate
Sempadan tempat kursi-kursi mencuri ruang kosong
Di atas jembatan benteng ini kau berkata-kata.
“Itulah jejak-jejak yang ditinggalkan hidup,
anak-anakku, pandai-pandailah mengingat.”
Ini sore masih mengalir pertanyaan-pertanyaan.
Persis rasa penasaran,
Mengapa masa kecil serupa jalan di depan rumah kita
yang berlubang.
“Ulangi langkah-langkah kecil, ulangi
ceritaku kepadamu,
Lahat tak hanya menuntut pembacaan ulang
Agar kau tak sekedar tahu jalan pulang.”
Masih ada kudengar, Ayah, di tiap persimpangan—
di sini aku kehilangan dan diterima.
Aku dan kota ini seperti waktu yang senantiasa bekerja,
setelah sepasang kekasih saling menemukan.
(2020)
Catatan.
- Kebile-bile : Salah satu lagu daerah Sumatera Selatan ciptaan H. A. Korie Alie. Lagu ini menceritakan tentang rasa kesepian narator karena merasa tak berteman, tak memiliki kemampuan dan kemudahan dalam hidupnya.
- Beranyutan : Kegiatan menyusuri sungai menggunakan ban bekas. Kegiatan ini mengandalkan kekuatan arus air sungai. Di Kabupaten Lahat, Beranyutan bisa disaksikan saban petang di sepanjang aliran sungai Lematang. Di hari besar seperti hari jadi kota Lahat pada bulan Mei, setiap tahunnya kegiatan ini diadakan juga bersama lomba rakit tradisional.
- Piluk : Sejenis ikan seperti belut; Macrognathus aculeatus
- Selemate : Semacam alat untuk menjala ikan.
JUARA 3
HUMAH (RUMAH)
Penulis : Mufida Guswandina
Mufida Guswandina, Perempuan kelahiran Lahat, 05 Oktober tahun 2000 yang menyukai kegiatan menulis. selain itu, akitf dalam setiap organisasi kesiswaan sejak duduk di bangku SMP. Pernah menjadi ketua OSIS di SMA Negeri 2 Lahat. cukup terbilang Siswa yang sering mendapat presstasi dan peringkat terbaik semasa sekolah. kini, Perempuan yang punya motto hidup “Hidup dan mati hanya untuk Allah SWT”. kini melanjutkan Pendidikannya di Universitas Negeri Bandung dan mengambil jurusan Desain Produk Fakultas Indutri Kreatif. selain menyukai menulis, Mufida Guswandina juga bercita-cita menjadi seorang Desainer. kritik dan saran : mufidaguswandina@gmail.com
Humah (Rumah)
Sebenarnya,
Disini lebih senang,
Tiap kami datang,
Ibu jari hijau nan megah ,
menyambut kami dengan selendang
Sambil berdiri tegak menjulang
Ia berkata dengan girang
Kepada sesiapa saja yang datang,
Dikatakannya dengan lantang,
“Akulah tempat terbaik, tuk jadi tempat mu pulang!”
Inilah selendang “Lematang”,
Untuk Bujang Gadis tersayang,
Dirajut sejak zaman moyang
Berhiaskan ikan-ikan yang pulang petang
Ketika kutanya “apakah guna?”
Tuk jadi kawan gadis ngantat berdendang
Ujarnya pun buat ku bertanya,
“Adakah kutemui ini dan mereka di seberang??”
Sayang disayang walau guritan berkumandang,
Tak ada yang ingin kuajak berdendang
Bujang gadis ibu serelo banyak menghilang
Pergi ke seberang cari makan siang
Namun Lupa jalan pulang!
Pulanglah!
Limas kita dinding nya basah!
Dendang guritan kian melemah,
Patung megalit kini mengadah,
Curup yang ramah jadi marah,
Karena resah menunggu mu singgah!
JUARA HARAPAN 1
DI BALIK YANG TERGERUS ZAMAN
Penulis : Nur Aisyah
Nur Aisyah, lahir di Lahat 26 Maret 2000. Pecinta warna biru. Sedang menempuh pendidikan S1 di UIN Raden Fatah Palembang. Bergiat dalam Komunitas Forum Lingkar Pena (FLP) cabang Ranting UIN Raden Fatah. Tergabung menjadi penulis terpilih di buku antologi puisi “Sajak untuk Sang Pelita” 2020 dan beberapa antologi lainnya.
Di balik Yang Tergerus Oleh Zaman
Oleh: Nur Aisyah
Tepat seribu delapan ratus tiga puluh, telah ada berbagai macam marga dan suku
Besemah, Lintang, Gumay, Lematang, Kikim, dan Tebing Tinggi
Silsilah raja tersendiri, dan marga tersendiri
Oh, benarkah engkau ini Lahatku?
Lubuk larangan, ada denda bila yang mengambil isinya
Ada waktu bersama untuk memanen ikannya
Tepatnya ketika satu tahun telah tiba
Kekompakan adalah salah satu tujuannya
Negeri seribu megalit
Kau begitu mempesona, kau bercahaya
Seperti cerahnya wajah seseorang setelah berwudhu
Ada seni dan sastra yang aku rindu, kau tahu?
Nak ilok pung ghi tunggal, lambat dek urung kah becerai
Dek tau iloki jangan merusak jadilah
Tetuah yang masih melekat, dan mungkin dipatrikan
Ah, sepertinya aku lupa? Apa itu tetuah, apa itu petuah?
Adab bahari dilakon moyang, 4.0 di zaman sekarang
Kala itu moyang mengedepankan adab dan sopan santun, sekarang?
Ah, kau tahu jawabannya
Membuatku rindu akan bertembang
Bertembang, pantauan, bekarang adalah identitas diri
Betapa elok adat dan seni, aku merasa damai di kala itu
Khas melayu begitu mendayu dan kuharap engkau tak menghilang ditelan waktu
Walau aku tak sepenuhnya memahamimu
Beraneka macam seni dan budaya
Mengurai masa lalu, mengenal etika kehidupan
Oh engkau yang tergerus oleh zaman
Tak patut kau lenyap dibawanya, lebih patutnya engkau dijaga
Lahat, Desember 2020
JUARA HARAPAN 2
MUTE KAWE
Penulis : Novelia Putri Rianti
Novelia Putri Rianti, lahir pada tanggal 05 Mei 2005 di Sumatera Selatan, Lahat. Tercatat sebagai pelajar di MA Unggul 01 Lahat. awalnya, mulai mencoba menulis sebuah cerpen atau novel di aplikasi wattpad, sejak saya mulai membuat salah satu novel yang berjudul Jemari Hantu, ternyata mengundang banyaknya teman-teman yang penasaran dengan setiap partnya dan selain itu juga para pembacanya yang sudah hampir 1k. Hal itu tentu membuat saya sangat antusias dan bersemangat dalam menulis cerita ataupun puisi.
Mute Kawe
Karya : Novelia Putri Rianti
Satu persatu ku petik dirimu
Rasanya sungguh menggebu-gebu
Tak sabar aku menunggu dirimu
Akhirnya kau tumbuh beribu-ribu
Ku angkat kinjar ke atas punggung
Mulai ku cari yang sudah matang
Hari sudah semakin petang
Namun hasil masih tanggung
Kutaruh kinjar di tepi ladang
Ku tinggal pergi ke belakang
Ku ambil seuntai terpal
Ku jemur kau di tengah lapang
Kututuk kau diatas lesung
Walau hati sambil termenung
Ku pinta pada sang agung
Semoga hasil tak terbendung
JUARA HARAPAN 3
NGETAM PADI, NGANGKIT BALAM
Penulis : HELEN SWEDYA
Helen Swedya, biasa disapa Helen dan usia saya 21 tahun. Saya tinggal di
Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat. Keseharian saya merupakan seorang
mahasiswi di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Serelo Lahat. Alamat email saya
helenswedya99@gmail.com dan nomor HP saya 082380344275. Itulah perkenalan
singkat saya, terima kasih.
Ngetam Padi, Ngangkit Balam
Karangan : Helen Swedya
Rindang, terlihat pohon begitu rindang
Riuh angin berhembus kencang
Dedaunan pun mulai melayang
Ku duduk sendiri di tepi lematang
Mata terpaku jauh dipandang
Langkah kaki berjalan sedikit demi sedikit
Pergi ke sawah membawa arit
Pergi ke kebun naik turun bukit
Meski lelah ini berangsur menjadi sakit
Di ulu ngetam, di ilir ngangkit
Petani itu mulai luput dari pandangan
Siang hari berubah menjadi malam
Harga tinggi yang menjadi angan
Ngetam padi, ngangkit balam
Ku duduk kembali ditepi lematang
Ku lihat jauh indah pemandangan
Para petani terlihat berjalan pulang
Anak istri di rumah siapkan makan.
itulah 6 karya terbaik dari total 26 karya puisi kategori umum (SMA) yang dipilih oleh dewan juri M. Rois Rinaldi dengan segala pertimbangannya dan tentu bisa dipertanggungjawabkan.
Agus Kurniawan