Catatan Ir. Hj. Sri Meliyana (Anggota Komisi IX DPR-RI Fraksi Partai Gerindra)
Melewati seluruh masa kecil dan remaja di Lahat, membuat aku memaknai dengan bahagia segala kearifan lokal yang dipegang masyarakatnya. Di antaranya kearifan lokal tentang bahan pangan yang berkelanjutan.
Lahat kami memiliki sungai jernih, deras, berliku-liku, dan mengalir melewati desa juga kota. Selain itu kami juga memiliki hutan yang dikelola sebagai kebun aneka tanaman pangan. Dari sungai itu dahulu berlimpah hasil ikan dan dari hutan itu dahulu berlimpah hasil buah-buahan.
Yang akan menjadi cerita kali ini adalah Durian! Raja dari segala buah-buahan. Ketika musim durian tiba, durian melimpah dari kebun-kebun durian yang kami sebut dengan Ghepang. Pada musim itu semua makanan akan diselipi durian. Ada sambal durian, juada basah rasa durian, kolak durian (Yang dinamai beragam antaranya serawe, kince, dll), puding durian, dodol durian, wajik durian, dan banyak lagi yang diperlezat dengan durian.
Saking banyaknya durian yang dihasilkan, maka masyarakat kami mengawetkan durian dengan berbagai cara. Ada yang diawetkan dengan fermentasi, di mana durian diberi garam dan disimpan dalam guci-guci gerabah dan menghasilkan Tempoyak yang pada saatnya dapat dijadikan aneka masakan. Durian sebagai bahan baku tempoyak ini haruslah dari durian dengan kualitas terbaik sehingga menghasilkan tempoyak yang sedap kemudian.
Cara lain mengawetkan durian adalah dengan menjadikannya dodol durian yang kami sebut Lempok. Daging durian dijadikan dodol. Diberi gula sebagai pemanis yang berfungsi juga sebagai pengawet. Semua jenis durian bisa dijadikan lempok karena rasanya bisa di mantapkan dengan penambahan gula.
Tempoyak dan lempok ini akan tahan setahun atau bahkan lebih, tergantung dari cara penyimpanannya. Paling tidak akan bertahan sampai ke musim durian berikutnya. Dengan cara ini durian di kampung kami bertahan disegala musim dan bisa kami nikmati setiap hari.
Hanya ada yang mulai menyedihkan tentang durian di kampung kami. Masyarakat tidak sabar menunggu durian jatuh dari pohonnya karena berbagai alasan. Durian jatuhan hanya dapat dinikmati dlm waktu beberapa hari saja setelah jatuh, tidak bisa dijual ke daerah lain dan membutuhkan waktu panen yg relatif lama. Akhirnya sebagian besar durian dijatuhkan dari pohonnya. Tua dan muda diangkut dan dijual ke lain daerah, sehingga rasa durian pun berubah, tidak selezat aslinya ketika dia ditunggu jatuh dari pohonnya karena matangnya sudah sempurna.
Semoga perekonomian segera membaik. Kita sabar menunggu durian jatuh, menikmati dengan bahagia durian Lahat yang terkenal lezat.
Lahat, 22 Februari 2021