Ini Budi, Itu Darma
Buku dari puluhah tahun lalu terbit lagi untuk pembaca di dunia, pembaca berbahasa Inggris. Pada 2020, nasib buku ditandatangani oleh Budi Darma. Cerita-cerita dalam buku berjudul Orang-Orang Bloomington bakal terbaca di negeri-negeri jauh bila diterbitkan Penguin Classics. Penerjemah dalam bahasa Inggris adalah Tiffany, mengaku terpikat dan memastikan cerita-cerita itu berhak dinikmati umat sastra di dunia. Si penerjemah mengatakan: “Pak Budi menunjukkan kondisi bahwa manusia bisa begitu aneh…” Kita mencatat diksi “aneh”. Diksi telah tergunakan Budi Darman sejak masa 1960-an. Kini, Budi Darma mungkin tak kaget mengalami “aneh” melihat buku itu terbit dalam bahasa Inggris dan beredar di pelbagai dunia. Pada usia tua, ia menerima berkah. Ia berjanji ingin tetap atau terus menulis “kalau Tuhan mengizinkan” (Jawa Pos, 16 Januari 2020). Budi Darma mulai menginsafi ada urusan pelik dalam menekuni sastra dan Tuhan.
Kita membuka kliping dari Basis edisi Juni 1969. Di situ, terbaca esai Budi Darma berjudul “Orang-Orang Aneh dalam Sastra”. Tulisan serius sebelum ia pergi ke Amerika Serikat untuk studi dan menulis cerita-cerita diterbitkan Sinar Harapan dengan judul Orang-Orang Bloomington (1980). Ia telah lama terbukti berpikir tokoh-tokoh aneh dalam sastra, mengacu teks-teks sastra dunia. Tokoh terpenting adalah Don Quixote buatan Cervantes. Ia pun mengamati tokoh-tokoh aneh dalam gubahan Fraz Kafka. Di sastra Indonesia, ia mendapatkan pukau melalui tokoh-tokoh buatan Iwan Simatupang. Pada suatu hari, ia menulis cerita pendek dan novel dengan tokoh-tokoh aneh sudah melalui pertimbangan serius dan sadar keterpengaruhan atas sekian teks sastra penting terbaca sejak remaja.
Budi Darma menjelaskan: “Orang-orang aneh tidak dimaksudkan semata-mata untuk memantjing sensasi murah. Banjak memang orang-orang sinting jang didjadikan bahan oleh penulis-penulis-bukan literair untuk memantjing sensasi-sensasi jang dapat merangsang dan menegangkan sjaraf pembatja.” Dulu, para pembaca sering terkejut dan geleng-geleng kepala setelah membaca cerita pendek dan novel Iwan Simatupang. Pada masa berbeda, “aneh” pun terceritakan oleh Budi Darma, Putu Wijaya, Danarto, dan lain-lain. Pembaca rampung Orang-Orang Bloomington bisa melanjutkan kenikmatan “aneh” dalam novel berjudul Olenka, Rafilus, dan Ny Talis. Cerita “aneh” dan tokoh “aneh” menjadi kekhasan Budi Darma. Pada abad XXI, ia masih merawat “aneh” dengan cerpen-cerpen dimuat di pelbagai koran. Ia memenuhi “darma” untuk bercerita sepanjang masa. Di mata pembaca dan pengagum, ia memang pengarang wajib dihormati melebihi ingatan bocah-bocah masa Orde Baru saat terlalu meresapi pengenalan tokoh bakal sulit dilupakan sampai tua: “Ini Budi.”
Kita kembali ke masa lalu. Di kulit muka buku, tampak delapan wajah tokoh diceritakan Budi Darma dalam Orang-Orang Bloomington. Kita menatap mereka sebagai “asing”. Mereka memang manusia-manusia di kota sana, bukan di Indonesia. Pada saat buku terbit, orang-orang sedang melihat keanehan dalam judul buku dan garapan sampul. Semua terasa asing dan aneh. Pengecualian adalah pencantuman nama pengarang: Budi Darma. Kita mengandaikan bila nama pengarang tak dicantumkan di sampul, para pembaca mungkin menganggap itu buku sastra terjemahan dari Amerika Serikat.
Pada 1974, Budi Darma meninggalkan Indonesia untuk bermukim di Bloomington. Kegelisahan awal: “… jangan-jangan saya tidak mempunyai kesempatan menulis lagi.” Kegelisahan lekas diralat dengan ketakjuban. Hari demi hari dan tahun demi tahun, pengarang gelisah itu malah bisa menulis sekian cerita dan novel. Pengakuan: “… cerpen-cerpen dalam Orang-Orang Bloomington saya tulis menjelang akhir tahun 1979. Semuanya seolah-olah saya tulis di luar kesadaran saya sendiri. Dan memang, proses semacam inilah yang saya alami setiap kali menulis cerpen.” Di luar urusan di hadapan mesin-tulis menghasilkan cerpen-cerpen, Budi Darma malah kebablasan bisa menulis Olenka. Pada suatu masa, Olenka itu novel ampuh dan berpengaruh di Indonesia. Pembaca masih saja menikmati “aneh” dan “asing”. Budi Darma itu orang Indonesia tapi mahir mengisahkan manusia dan situasi di kota sana atau negeri jauh.
Di novel Olenka terbitan Balai Pustaka (1983), kita mendapat keterangan: “Budi Darma menyajikan kepada pembaca sebuah dunia kejawaan manusia yang kelam. Sebuah dunia yang penuh pertentangan dan ambivalensi. Apabila Kafka dalam novel-novelnya memandang bahwa kehidupan inilah yang absurd, yang konyol dan mustahil, maka Budi Darma berpandangan sebaliknya. Bagi Budi Darma justru manusia itu sendirilah yang absurd sehingga mempengaruhi tindakan-tindaknnya.” Pulang dari Amerika Serikat, Budi Darma adalah pengarang moncer dengan penerbitan dua buku (1980 dan 1983) dan tampil sebagai intelektual rajin mengungkapkan pemikiran-pemikiran turut “aneh” dalam esai-esai sering dimuat Horison dan Basis. Ia melampaui peran sebagai pencerita.
Budi Darma, sebelum pengarang adalah pembaca sastra Indonesia dan dunia. Ia berkelana jauh, mengerti puncak-puncak dalam kesusastraan di Indonesia. Buku demi buku dalam khasanah sastra dunia pun terbaca dalam edisi bahasa Inggris dan terjemahan. Puluhan tahun menjadi pengarang, Budi Darma sudah mengetahui sekian cerpen telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Penerbitan buku Orang-Orang Bloomington secara utuh memberi beda rasa dalam mengartikan pergaulan sastra di dunia sering disahkan dalam edisi bahasa Inggris. Buku itu bisa menjadi bukti kemungkinan penerbitan buku baru menggantikan buku Jakob Sumardjo berjudul Dari Khasanah Sastra Dunia (1985). kini, kita menantikan ada orang menulis buku dengan judul Untuk Khasanah Sastra Dunia. Buku garapan Budi Darma tentu masuk pembahasan, selain buku-buku gubahan Pramoedya Ananta Toer, Andrea Hirata, Eka Kurniawan, Leila S Chudori, Laksmi Pamuntjak, dan lain-lain.
Kita juga bisa mengubah penjelasan HB Jassin (1975) dalam pidato berjudul Sastra Indonesia Sebagai Warga Sastra Dunia. Dulu, ia menganjurkan: “Menerjemahkan buku-buku sastra dunia ke bahasa Indonesia sama artinya dengan memperkaya kesusastraan Indonesia dan mempercepat perkembangannya.” Pada suatu hari, kalimat itu berubah dengan anggapan menerjemahkan sastra Indonesia ke bahasa Inggris dan pelbagai bahasa memajukan kesusastraan dunia. Budi Darma pun bakal tercatat dalam perkembangan sastra dunia. Begitu.
***
DATA PENULIS
Bandung Mawardi
Kuncen Bilik Literasi. Penulis buku Silih Berganti (2021), Dahulu: Mereka dan Puisi (2020), Pengutip(an) (2020), Terbit dan Telat (2020), Pengisah dan Pengasih (2019)