Oleh : Hefra Lahaldi, S.Pd.I
(Ketua Panitia Lomba memakai busana Louis Vuitton)
wartabianglala.com – Baru-baru ini publik di buat bingung dengan pengunduran hari libur nasional 1 Muharram 1443 H. Khususnya kaum muslimin, hal ini seolah-olah menjadi bagian dari mufakat yang tidak sehat bagi selebrasi spiritual.
Saya pribadi sudah menakar. Yang diharapkan atas keputusan tersebut adalah umat Islam menuntut hal yang sama nantinya terhadap libur nasional 17 Agustus 2021. Disinilah jebakan Betmen nya. Seolah umat ini kembali dicoba dibenturkan dengan rasa nasionalisme. Selebrasi hari besar kaum muslimin sebagai manusia bertuhan dibenturkan dengan selebrasi rasa nasionalisme kita sebagai manusia berbangsa. Umat ini, umat terbaik dan pastinya pun cara terbaik pula menyikapi keputusan yang membingungkan publik itu..
Lagi-lagi, dibulan yang berbarengan antara selebrasi umat dan selebrasi nasional ini, berulang pemerintah melalui BPIP seolah kembali membuat ujian menarik bagi umat Islam.
Ditengah kondisi yang semakin sulit tersebab pandemi ini. BPIP seolah tidak memiliki kepekaan sosial sekaligus kepekaan pikiran. Dengan mengadakan perlombaan temanya “Hormat bendera menurut hukum Islam” dan “,Menyanyikan lagu Indonesia raya menurut hukum Islam”
Dengan khasanah fikih umat Islam yang begitu memudahkan kita dalam kehidupan beragama dan berbangsa selama ini, sesungguhnya apa yang ingin dicari oleh tim BPIP ini? Mencari tahu asal muasal kodok kah..?
Terkesan ingin menggali pendapat baru tentang hukum “hormat” dan “menyanyikan lagu Indonesia raya” jika ingin memastikan bahwa umat Islam ini sepakat terhadap penghormatan dan menyanyikan lagu tersebut. Umat ini yang turut memerdekakan bangsa, umat ini yang bersemangat dalam mengumandangkan Indonesia raya sebagai selebrasi nasional..
Lantas, hukum keharaman yang ingin dicari atau diungkit-ungkit kembali yang mungkin sebagian kecil sangat-sangat kecil Pendapat keharaman itu dari umat ini..
Sebagai Badan Pembina Dimasa pandemi ini. Saya menyarankan BPIP mengadakan lomba menyikapi sila ke-5 dari Pancasila. “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
Bukan kah sebagai manusia berketuhanan yang telah bermufakat dengan khitmad dalam persatuan Indonesia kita selayaknya mewujudkan keadilan sosial tersebut bagi segenap masyarakat.
Saat ini masyarakat kita mengalami sebuah tekanan hidup begitu sulit. Tekanan ekonomi tentu saja akan menjadi tekanan bagi jiwa dan pikiran yang sangat buruk. Akumulasi dari rasa cemas, takut, frustasi dari semua tekanan kesulitan hidup itu mestinya diantisipasi jangan sampai menjadi sebuah pembangkangan massal yang sangat mungkin juga menjadi ledakan sosial yang tidak terkendali nantinya. Suka atau tidak suka pemerintah mesti siap mengahadapi krisis politik terhadap kepemimpinan bangsa ini.
Keadilan sosial ini yang sangat relevan dimasa-masa sulit ini sebagai tuntutan masyarakat. Berdasarkan sila ke-5 tersebut kita mestinya mampu melakukan tindakan antisipasi terhadap krisis ini. Belum ada ahli yang mampu memprediksi kemana arah dan kapan krisis dunia ini akan berakhir.
Cukup sudah membuat kebijakan atau tuntutan bagi kepemimpinan negeri ini yang menyentuh sensitivitas sosial kita. Semisal, anggota parlemen disuatu daerah yang menyarankan sesoal busana bermerk Louis Vuitton. Mestinya BPIP melakukan pembinaan terhadap anggota parlemen terhadap sila ke-5 di momen selebrasi nasional ini.
Mudah-mudahan kesemua anak bangsa di momen selebrasi nasional sekaligus selebrasi hari besar kaum muslimin ini berlomba-lomba mencari Ilham atas krisis yang melanda dunia ini.
Ditengah pandemi, rasa optimis terhadap kemampuan kita keluar dari krisis inilah sebagai salah satu rasa nasionalisme terpatri dalam masing-masing diri kita..
Wallahu ‘alam bi shawwab
Lahat, 15 Agustus 2021