wartabianglala.com – Lomba cipta puisi dan cerpen yang kali kedua diadakan oleh Wartabianglala ini, menghadirkan para peserta yang berbakat dalam dunia menulis. Secara umum, tampak betul semangat kekaryaan dari masing-masing karya yang masuk. Tampak betul upaya dari para peserta untuk mengeksplorasi tema sehingga dapat menghadirkan cerita yang berkesan dan puisi yang kuat. Meski demikian, menciptakan karya dengan tema kebudayaan pada gilirannya tidak dapat dipungkiri merupakan tema yang cukup berat. Di dalamnya banyak jebakan: (1) gairah bercerita atau berpuisi terbelokkan pada gairah menarasikan kebudayaan sebagai informasi belaka yang tidak ada kait mengait dengan jalannya cerita atau puisi; dan (2) kecenderungan tidak dapat melarikan diri dari bangunan narasi utama kebudayaan sehingga tidak dapat menghadirkan cerita yang identik,
cenderung umum semisal tentang indahnya kebudayaan atau semacamnya. Para peserta
dalam lomba ini, beberapa, tidak dapat lolos dari jebakan-jebakan itu, walau tentu, telah
ada upaya untuk melarikan diri.
Berkenaan dengan cerpen-cerpen yang masuk, perlu diingat, pertaruhan sebuah cerpen adalah “cerita”. Keberadaan cerita. Oleh karena itu penting bagi penulis cerpen untuk mendahulukan kemampuan bercerita dibandingkan kemampuan menulis. Sebab,
kemampuan menulis seringkali jadi persoalan bagi penulis cerpen jika belum memiliki
kemampuan bercerita. Terlampau berleret-leret dengan adegan, dialog, dan narasi, sementara di mana sesungguhnya keberadaan cerita tidak dapat diidentifikasi. Tentu saja di dalamnya perlu diperhatikan logika cerita, logika peng-alur-an, dan karakterisasi bagi masing-masing tokoh. Selain itu, posisi narator juga sangat perlu ditempatkan secara proporsional, jangan terlalu cerewet menjelaskan begitu banyak hal yang sesungguhnya dapat dijalankan di dalam cerita melalui pergerakan tokoh-tokohnya atau kejadian-kejadian baik kejadian berkenaan dengan tokoh maupun tidak.
Adapun hal yang perlu juri sampaikan mengenai puisi-puisi yang masuk, beberapa
peserta perlu kiranya memahami bahwa genre puisi beragam. Ada naratif, yakni puisi yang
memungkinkan penulis untuk memuat puisi-puisi bernuansa sejarah atau epik; puisi lirik yang lebih memungkinkan untuk memuat ungkapan-ungkapan atau luapan-luapan emosi personal; puisi imajis yang lebih memungkinkan untuk menjadi rumah bagi puisi-puisi bernuansa alam atau nuansa-nuansa lainnya; dan genre lainnya yang juga memiliki karakteristik tersendiri, peruntukannya terendiri. Dalam perlombaan ini, beberapa peserta menggunakan puisi lirik untuk berkisah dan puisi naratif untuk meluapkan perasaan. Tentu itu pilihan yang tidak tepat. Juri menduga, pemilihan yang tidak tepat tersebut disebabkan oleh ketidakmendalaman para peserta dalam memahami genre-genre puisi beserta dengan karakteristiknya.
Tidak sedikit peserta yang belum memanfaatkan fungsi pencitraan dalam puisi. Masih bermain-main dengan kata-kata abstrak, misal sedih, bahagia, dan secamanya. Pencitraan di dalam penulisan puisi sangat penting untuk mengkonretkan ekspresi. Selain itu, penggunaan metafora juga beberapa kurang tepat. Metafora yang sejadinya digunakan untuk mengkonkretkan sesuatu yang abstrak dipahami untuk mendeskripsikan sesuatu yang konkret menjadi abstrak. Misal, “sebuah benda terbuat dari kaca yang biasa
kugunakan untuk minum” yang padahal cukup menggunakan kata “gelas”. Kalau hendak
mengembangkan “gelas”, mainkan metafora. Misal, “jiwaku adalah gelas kosong di meja,
berdenting dimainkan angin/mencipta gema rahasia yang memanjang/menjadi kecupan-
kecupan rahasia”.
Terlepas dari catatan yang diberikan di atas, semua peserta adalah para penulis yang
berbakat. Tentu ini merupakan kabar gembira yang harus dirayakan oleh segenap
masyarakat Lahat. Soalnya bukan semata sebab keberkembangan literasi di Lahat berkat pergerakan Wartabianglala yang memang terbukti mampu melakukannya, melainkan karena tema yang senantiasa dihadirkan dalam lomba adalah tentang kebudayaan Lahat. Perkenalan sekaligus tindak pengabadian suatu kebudayaan telahlah tepat dilakukan melalui karya sastra. Dalam hal ini, Lahat amat bertuah. Apa yang dimiliki oleh para peserta perlu terus dikelola sedemikian rupa, di luar perlombaan. Juri meyakini Wartabianglala telah mempersiapkan ruang-ruang diskusi dan proses penulisan bagi para peserta. Juri
meyakini pemerintah Lahat dan pihak-pihak swasta yang peduli pada tumbuh kembang
peradaban Lahat akan turut serta mendorong upaya-upaya hebat ini.
Kini sampailah tugas juri untuk menerakan karya dan para penulis yang menjadi
pemenang. Catatan, tidak semua kategori memenuhi syarat penentuan juara 1, 2, dan 3. Hal tersebut karena pada proses penjurian ditemukan karya-karya yang belum memenuhi syarat dan ketentuan, misal, tidak memenuhi kebutuhan tema dan sistematika karya yang
tidak sesuai dengan sistematika karya yang diperlukan. Oleh karena itu, pada kategori SMA juri hanya memilih 1 puisi terbaik dan 1 cerpen terbaik. Pada kategori SMP hanya dipilih 2
cerpen terbaik.
Berikut ini daftar lengkap para pemenang lomba menulis puisi dan cerpen yang
diadakan oleh Wartabianglala tahun 2021.
KATEGORI SD
PUISI
Juara 1 : Ayek Pacar Karya M Zahwan Ainurrofiq
Juara 2 : Binar Peradaban Karya Muhammad Rajab Al-Kautsar Syah
Juara 3 : Sungai Lematangku Karya Aulian Dzakwan
CERPEN
Juara 1 : Ngantatka Anak Gajah Karya Muhammad Rajab Al-Kautsar Syah
Juara 2 : Ribang Kemambang Park Karya Aulian Dzakwan
Juara 3 : Keindahan Alam Pinggiran Kota Karya Yolensi Pratiwi Putri
KATEGORI SMP
PUISI
Juara 1 : Jingga yang Bersemayam Karya Shabira Khoirranisyah
Juara 2 : Pacar di Ayek Pacar Karya Shania Binan Azahrah
Juara 3 : Jernih dalam Pandangan Karya Meliza Azzahra Agustin
CERPEN
Juara 1 Kabut dan Kayuhan Sepeda Karya Shabira Khoirranisyah
Juara 2: Perjalanan Weekend Shifa dan Kevin Karya M. Farid Arya
KATEGORI SMA
Puisi : Pesona Alamku Karya Algiah Puspa Sari
Cerpen : Cerita di Ayek Milang 9 Agustus 2016 Karya Meutya Qiblatin Noor
KATEGORI UMUM
PUISI
Juara 1: Euforia di Bawah Langit Bercahaya Karya Nur Aisyah
Juara 2: DI SEPANJANG JEMBATAN PAGAR BATU Karya Mujib Burrohman
Juara 3: Masa Hilang Karya Welli Wilyanto
CERPEN
Juara 1: Nyiur di Tepian Karya Elvy Laili Z.A
Juara 2 : Menggapai Rindu yang Tergantung di Pagar Batu Karya Shangrilla Putri A
Juara 3: Plaza Lematang: Gemintang Setelah Nuril Hilang Karya Sari Anggraeni S
Sejauh ini, juri tidak menemukan karya yang mengandung unsur plagiarisme. Jika di
masa depan dapat dibuktikan ada karya pemenang yang mengandung unsur plagiarisme, keputusan pemenang dapat digugurkan. Di luar hal tersebut, keputusan juri bersifat mutlak, tidak dapat diganggu gugat.
28 November 2021
Muhammad Rois Rinaldi
(Juri)