Catatan Audiyah Nurul Azizah
Kandungan substansi dari pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakat.
Seseorang boleh memilih untuk tidak bekerja tapi minimal memilih bekal pendidikan. Dikatakan bahwa pendidikan dasar diibaratkan sebagai tiket masuk atau paspor melanjutkan perjalanan berikutnya. Sebagaimana ketika seseorang memiliki opsi untuk bekerja adalah karena situasi memerlukannya melakukan itu, maka memilih opsi pada bekal pendidikan adalah karena memang seseorang diharuskan untuk memiliki dasar pendidikan. Mengenai fakta hari ini bahwa pendidikan menarik sebagai hiasan, tapi tidak sebagai bahan kajian.
Dalam hal lain, sosialisme sekarang manghantarkan kita pada tingkat pengetahuan dengan bahasa-bahasa tingkat atas. Waktu dan tempat dipersilahkan untuk siapa saja yang menginginkan mimbar. Namun fakta lagi, semua yang mulai belajar bicara, bisa bicara, dan yang sudah pintar bicara menyelenggarakan kehidupan sosial dengan balutan hedonistik atas dalih kesejahteraan hidup, bentuk kepahlawanan diri. Dan lagi-lagi fakta bahwa tidak sedikit anak-anak yang memiliki kewajiban untuk memenuhi kepuasan orangtuanya.
Disinilah pertanyaannya kemudian; “pendidikan sebenarnya harus dibawa bagaimana, kenapa, dan kemana arahnnya sehingga benar membalut semua sisi dari kehidupan kita?”. Sudut pandang ekonomi dan sosial kita sering kali mengarahkan sekaligus menjebak disaat-saat semua orang ingin menjadi pahlawan atas dirinya dan lingkungannya.
Pada akhirnya kita semua tetap harus menghadapi banyak persaingan. Namun bagaimana kehidupan akan terus berjalan adalah bergantung bagaimana kita menjalankan pikiran ditengah maraknya glorifikasi dilingkungan kita. Dalam dunia sains kita mengenal The Butterfly Effect (Efek Kupu-kupu) dalam Chaos Theory, dimana setiap kepakan kecil dari sayap seekor kupu-kupu akan menyebabkan topan badai dikemudian hari. Begitulah segala sesuatunya saling berkaitan dan menghasilkan perubahan adalah karna gerakan kecil yang dimulai dari pikiran sekalipun. Dalam kehidupan sosial hal itu dilakukan jelas tanpa menenggelamkan kepahlawanan diri sekaligus mempertahankan jiwa kepahlawanan orang-orang sebelumnya.
Maka anekdotnya adalah, apabila September sudah terlanjur hitam, lalu Oktober terdapat gradasi abu sebab begitu banyak problematika lama belum usai tapi tumbuh problem yang baru dengan begitu banyak pula solusi tapi kita tampak ragu-ragu. Sehingga dibulan November, semoga begitu banyak welas asih yang muncul adalah karena memang kita butuh merdeka, terdidik, dan bahagia secara lahiriah. Selamat hari cinta puspa dan satwa nasional, selamat hari kebebasan sedunia, selamat hari pahlawan, selamat hari ayah, selamat hari toleransi internasional, selamat hari pelajar internasional, selamat hari pria, selamat hari anak, selamat hari pohon, selamat hari PGRI, selamat hari anti kekerasan terhadap perempuan sedunia.
Apapun pendidikan yang kita butuhkan hari ini, entah itu pendidikan religius, pendidikan filsafat, ataupun pendidikan psikologi. Semoga pendidikan merdeka kita adalah yang lahir atas dasar kebahagiaan yang tidak ketergantungan pada segala sesuatu yang acak dan mengambang. Semoga November dan hari-hari kemudian, kita semua sudah memiliki pendidikan dengan warna yang bukan hitam dan abu-abu.
Lahat, 10 November 2022