wartabianglala.com, Lahat – Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 2023 telah menginjak usia 115. Sejarah Kebangkitan Nasional bermula dari sebuah organisasi pemuda Indonesia bernama Budi Utomo (1908-1918) yang beranggotakan para intelektual.
Budi Utomo lahir dan berkembang di tanah Jawa, sehingga Budi Utomo erat dengan filosofi dan kebudayaan Jawa. Corak dari gerakan intelektual muda ini juga mengikuti garis-garis modern dari Eropa, sebab banyak dari anggotanya terinspirasi dari pemikiran Eropa.
Pada 20 Mei 1908, para pendiri Budi Utomo, Soetomo bersama Soeradji Tirtonegoro, Goenawan Mangoenkoesoemo, Gondo Soewarno, Soelaiman, dan lainnnya meresmikan organisasi ini.
Lahirnya Budi Utomo juga dianggap sebagai dampak adanya politik etis di tanah Jawa, saat rakyat mendapatkan pendidikan di era kolonial Belanda. Karena mendapat pendidikan, kesadaran perihal penjajahan, ketidakadilan, dan hak-hak dasar sebagai manusia tumbuh dalam pemikiran kalangan muda di Indonesia.
Budi Utomo, sebagai organisasi muda mempunyai perbedaan yang signifikan. Gerakan dari organisasi yang digawangi oleh Soetomo ini memilih jalur yang lebih persuasif dan moderat.
Kebangkitan Nasional yang terjadi pada 115 tahu lalu juga turut mengajarkan berbagai kalangan untuk melawan kolonialisme Belanda. Dalam konteks hari ini, kebangkitan nasional diharapkan juga dengan hal yang sama. Kesadaran untuk bergotong royong, bekerja bersama dalam pembangunan nasional, serta ikut berpartisipasi dalam setiap upaya membumikan pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika juga menjadi salah satu ikhtiar dalam mengamalkan nilai – nilai kebangkitan nasional sebagaimana dimaksud.
Hal demikian yang juga menjadi salah satu perhatian utama, Sri Meliyana, Anggota Komisi IX DPR Fraksi Gerindra Daerah Pemilihan Sumatera Selatan II, pada saat menyampaikan materi sosialisasi 4 (empat) pilar kebangsaan dihadapan konstituen-nya, pada Rabu (17/05/2023) di aula Hotel Cendrawasih Lahat.
“Tak lama lagi kita akan memperingati harkitnas pada 20 Mei mendatang, tentu peringatan demikian jangan hanya dilewatkan sebagai sebuah ceremonial, tanpa arti mendalam. Pastinya kita harus meneladani bagaimana filosofi serta histori dari hari kebangkitan nasional itu sendiri. Dalam konteks kekinian, banyak hal positif dan konstruktif yang dapat kita lakukan” Ujar Meli sapaan akrabnya.
Kemudian daripada itu, sebagai sebuah renungan, ia juga melihat banyaknya aksi kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika, sex bebas, serta tawuran yang masih marak terjadi di kalangan generasi muda/remaja. Oleh karenanya, melalui sosialisasi ini, ia kembali mengajak agar para remaja/generasi muda pada khususnya untuk tidak lagi berbuat hal – hal demikian, yang tentunya sangat tidak bermanfaat. Dan lalu mengalihkan fokus para remaja kepada aksi dan sumbangsih yang dapat bermanfaat bagi kepentingan dan pembangunan nasional.
“Hari ini kenakalan remaja dalam berbagai bentuknya masih banyak terjadi. Dan karenanya melalui sosialisasi ini, diharapkan para peserta yang terdiri dari kalangan generasi muda, dapat untuk menghindari hal – hal negatif sebagaimana dimaksud, dan mengarahkan fokus serta perhatian kepada upaya dalam pembangunan nasional, dari hal yang terkecil sekalipun, yang mana hal tersebut selaras dengan nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika” Pungkasnya.