wartabianglala.com, Lahat – Di tengah perjalanan dalam sebuah lawatan ke Desa Lawang Agung, Kecamatan Mulak Ulu, Kabupaten Lahat. Sri Meliyana menghentikan kendaraannya tatkala menyaksikan seorang ibu-ibu yang tengah menjemur kopi di halaman rumahnya di Desa Lesung Batu, Kecamatan Mulak Ulu. Kamis (27/07/2023).
Sang ibu seketika kaget bercampur haru tatkala menyaksikan perempuan yang sudah dikenalnya dengan nama panggilan Bu Sri tersebut. Ia tidak pernah menyangka anggota komisi IX DPR-RI dari fraksi Partai Gerindra itu akan mendatanginya langsung.
“Kenal dengan aku?” tanya Sri Meliyana atau yang juga kerap disapa Yuk Meli kepada sang ibu.
“Kenal lah. Ibu Sri. Kelawai Kak Wari. Siape yang dek kenal dengan Ibu Sri. Hapat masuk ke dusun-dusun,” jawab si Ibu masih dengan raut gembira di wajahnya.
Melihat Yuk Meli yang memegang kisaran penjemur kopi, si Ibu menahan Yuk Meli agar menghentikan aktivitasnya menampi kopi barang sejenak. Si Ibu bergegas masuk ke rumahnya seperti hendak mengambil sesuatu. Benar saja, tak lama kemudian ia kembali dengan membawa caping anyaman bambu atau yang di Kabupaten Lahat dikenal dengan sebutan serindak.
“Pakai serindak ni Ayuk, mangke dide panas,” teriak si Ibu masih dengan bahasa daerah sembari berlari kecil. Jadilah Yuk Meli ber-serindak dan membangun obrolan bersama si ibu terkait cara pengupasan kulit kopi dan tehnik menjemur kopi.
Tidak lama kemudian, berdatangan pula emak-emak lainnya, lantaran melihat keberadaan Sri Meliyana di desa mereka. Tanpa harus memperkenalkan diri, emak-emak tersebut mengaku sudah mengenali perempuan yang merupakan putri daerah Lahat tulen. Silaturahmi dadakan pun terjadi dengan penuh kehangatan dan keakraban.
Di antara percakapan hangat, terselip titipan salam dari emak-emak untuk capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
“Kalo untuk calon presiden, Pak Prabowo sudah melekat di hati kami. Sejak dahulu kami pilih Pak Prabowo,” ujar salah seorang ibu yang bernama Linda mewakili emak-emak lainnya.
Di penghujung obrolan, Yuk Meli menitipkan pesan agar senantiasa menurunkan ke anak cucu akan rasa bangga menjadi petani kopi.
“Di kota ada barista yang bangga bisa menyajikan kopi. Hal tersebut tentu saja karena adanya petani kopi di daerah-daerah seperti kita. Jadi jangan sampai malu menjadi petani kopi. Jika menginginkan anak cucu berprofesi lain, minimal mereka tahu tentang pertanian kopi,” pesan Yuk Meli.