wartabianglala.com, Lahat – Memasuki tahun politik menjelang pemilu, pastinya resistensi dan potensi konflik dikarenakan perbedaan prefensi/pilihan serta akibat suhu kompetisi politik, akan meningkat. Hal demikian tentu harus disikapi secara bijak, agar semua konflik yang dapat memecah belah persatuan bangsa tidak terjadi.
Salah satu nilai penting guna menghindari potensi konflik demikian ialah dengan kembali mereaktualisasi nilai filosofis yang ada di dalam pancasila. Persatuan nasional yang ada di dalam salah satu sila pancasila harus dimaknai konstruktif, tidak secara parsial saja. Sejatinya, ada makna filosofis, sosiologis, historis dan kearifan di dalamnya.
Artinya, bagaimana kita dapat memaknai sila persatuan nasional sebagai perekat kebangsaan diantara warga masyarakat, yang tidak hanya berbeda suku, agama, ras dan budaya, akan tetapi juga bersatu ketika berbeda pilihan dalam kontestasi demokrasi, berupa perhelatan pemilu. Perbedaan prefensi tentu tidak akan dapat dihindarkan dari sebuah kontestasi politik/pemilu, akan tetapi kedewasaan masyarakat sebagai peserta pemilu dalam menyikapi perbedaan pilihan dimaksud haruslah dilaksanakan dengan arif dan bijak, serta diselaraskan dengan sila persatuan nasional sebagaimana dimaksud dalam sila ke – 3 Pancasila.
Oleh karenanya, menjadi penting bagi setiap warga negara untuk selalu menjaga kondusivitas dan menghindari resistensi dari sebuah perbedaan pilihan dalam pemilu. Hal ini tentu akan sangat berguna agar perpecahan dalam arti konflik sosial secara horisontal ditengah masyarakat dapat dihindarkan.
Hal demikian selaras dengan apa yang disampaikan oleh Sri Meliyana, Anggota MPR RI Fraksi Gerindra Asal Daerah Pemilihan Sumatera Selatan II, yang bertindak sebagai narasumber dalam pelaksanaan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan yang dilaksanakan di aula Hotel Cendrawasih Lahat pada Senin (22/01/2024).
Dalam sosialiasi yang bertajuk, ‘Reaktualisasi Nilai Persatuan Nasional Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara’, ia sangat mengharapkan agar masyarakat jangan mudah terprovokasi ataupun tergiring ke arah perpecahan/konflik sosial di masyarakat. Baginya menghadapi pemilu yang dalam beberapa hari lagi akan berlangsung, harus dilandasi dengan kematangan dan kedewasaan berdemokrasi, sehingga jikalau ada pilihan yang berbeda, tidak akan membuat gesekan/konflik di tengah masyarakat.
“Tentunya, dalam hitungan hari kita akan melaksanakan pesta demokrasi 5 tahunan, yakni pemilu. Besar harapan kita bersama perhelatan pemilu nantinya akan dapat terlaksana secara baik, dan terhindar dari semua konflik, khususnya konflik sosial ditengah masyarakat” Ujar Meli sapaan akrabnya.
“Perbedaan pilihan jangan lantas membuat suasana tidak harmonis ditengah kehidupan sosial masyarakat. Jangan karena berbeda, lantas membuat hubungan silaturahmi dengan kerabat, keluarga, kolega ataupun tetangga menjadi terganggu. Karenanya, makna dan arti persatuan nasional sebagai perekat kebangsaan perlu kembali kita pahami, sebagai sebuah pijakan sekaligus pedoman nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara” Sambungnya.
Kemudian, ia pula berpesan kepada para peserta (audiens), agar pelaksanaan sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan ini dapat benar – benar dimaknai secara baik, tidak hanya sekedar ceremonial semata, Ia sangat berharap pesan moral dan penyampaian materi dalam sosialisai ini dapat ter-internalisasi ke semua peserta, sehingga para peserta dapat untuk kembali menyampaikan pesan dan nilai sosialisasi ini kepada masyarakat luas, dengan harapan kebermanfaatan pelaksanaan sosialisasi ini benar – benar dapat dirasakan oleh semua pihak.
“Pada akhirnya, semoga para peserta dapat memahami dan menjadikan pesan serta materi sosialisasi ini sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat. Kita ketahui bahwa Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika merupakan 4 (empat) pondasi utama yang dapat mempererat kita sebagai sebuah bangsa yang besar dan majemuk, untuk menuju tujuan berbangsa dan bernegara, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” Pungkasnya.
(Eki)