Opini Hefra Lahaldi
Jika kita membaca tulisan Rocky Gerung tentang akronim. Maka, akronim ini menjadi salah satu manifesto dalam politik kehidupan berbangsa kita.
Akronim dalam politik tidak hanya sebatas sebuah alat strategi pemasaran terhadap publik. Substansinya harus menjadi tujuan bagi cita-cita politik pembuat akronim.
Setiap kekuasaan seolah ingin menyampaikan kepada publik cara kerja politiknya dengan sangat ringkas. Pemaknaan akronim yang singkat itu harus bisa didistribusikan dengan baik kepada khalayak. Baik pada proses kontestasi, dan terpenting pada pusat kekuasaan setelah selesai penetapan pada pleno KPUD.
Selain ringkas dan singkat, Akronim dipandang sangat efektif terhadap hasil kerja politik kekuasaan. Dari era orde lama secara kepemimpinan kita mengenal akronim dwitunggal kepemimpinan bangsa. SOETA, mengingat sejarah ini tak sekedar pada nama Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Duet ini menjadi sejarah pertama akronim politik bangsa. Dengan penanda tanganan teks proklamasi yang di bacakan 78 tahun silam.
Soekarno sebagai penyambung lidah rakyat menggunakan akronim yang dipandang ringkas dan efektif sebagai alat kerja politiknya. Semisal Nasakom (Nasionalis, Agama dan Komunisme) menjadi ideologi baginya untuk membangun bangsa yang besar ini dengan istilah Revolusi yang belum selesai.
Akronim yang ringkas ini memang harus dieksploitasi secara besar-besaran. Tetapi, biasanya pada pihak yang kontra justru akan disematkan akronim lain yang berbeda. Nekolim adalah akronim yang digunakan oleh Soekarno untuk menggugah dan mengarahkan bangsa untuk berdiri diatas kaki sendiri. Menentang kapitalis, liberalis dan penjajahan terhadap bangsa.
Memang fungsi akronim bagi kerja politik adalah membangun sugesti kepada publik untuk mendapat dukungan. Sugesti yang positif mendapatkan sentuhan gairah bagi publik untuk bergerak dan mendukung langkah-langkah politik demi sampai pada cita-cita politik mensejahterakan masyarakat.
Saya pribadi masih bertanya-tanya, Akronim Berlian ini memang mewakili keberkilauan dan cemerlangnya ide dan gagasan atau justru mewakili kemewahan dan hedonisme politisi..?! Tentu saja, yang berhak menjawab itu adalah mereka yang menggagas akronim politik Berlian. Tak sekedar hanya menjawab., Akronim itu harus dibuktikan sebagai distribusi kecemerlangan pada ide kerja politik kekuasaan.
Sok tahu, sotoy ujar milenial sekarang adalah pengertian dari “macak-macak” bahasa daerah kita. Tetapi, melalui akronim yang ingin membawa sugesti publik kabupaten Lahat. PJ Bupati menggunakan Akronim “MACAK” dengan “Menanam Cabai Serentak” program kerja menuju ketahanan pangan keluarga melalui dinas TPPH
Coba bayangkan, hanya dengan sebiji cabai muncul akronim kerja politik untuk kehidupan masyarakat. Berapa banyak akronim yang muncul dari program kerja kedepan?! Berapa banyak akronim yang harus di eksploitasi pusat kekuasaan untuk mensejahterakan rakyat.?! Dengan sumber daya alam kabupaten Lahat yang begitu melimpaj.. Jangan sampai akronim tersebut hanya “dimuncul” kan bukan untuk membangun sugesti kekuatan gerak masyarakat, tetapi sebagai gimmick kerja politik untuk isu lima tahunan.. hal ini harus dijawab dan di buktikan oleh para pembuat akronim perpolitikan..
Sembari menunggu akronim-akronim baru bermunculan jelang pilkada, boleh lah kita juga menunggu publikasi visi-misi serta program-program kerja Berlian secepatnya. Tak mesti menggunakan akronim baru untuk program kerja,. Semisal daerah merapi yang Nota bene kawasan pertambangan. Maka yang cocok adalah program GELORA. “Gerakan Loka karya Rakyat” memberi keahlian dan skill bagi masyarakat sehingga kita merasa tak terasing dirumah sendiri. Aaaah nama Gelora diambil dari lapangan sepak bola kita yang harus di Upgrade kedepannya..
Jangan sampai, akronim Berlian di salah artikan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab seperti “Berhasilnya Lincah Aan”.
Lahat, 13 Mei 2024