wartabianglala.com, – 14 November menandai salah satu peristiwa besar dalam sejarah sastra dunia: Rabindranath Tagore, seorang sastrawan, filsuf, dan seniman dari India, menerima Penghargaan Nobel dalam bidang Sastra. Pada tahun 1913, ia menjadi orang Asia pertama yang memperoleh penghargaan bergengsi ini, yang sekaligus mengukuhkan nama Tagore dalam jajaran sastrawan dunia.
Rabindranath Tagore adalah seorang tokoh multi-talenta yang dikenal di berbagai bidang: penyair, dramawan, filsuf, seniman, musikus, dan tokoh intelektual di zamannya. Ia lahir di Calcutta, India, pada 7 Mei 1861 dalam keluarga Bengali yang terpandang. Tagore merupakan anggota Brahmo Samaj, sebuah gerakan keagamaan yang bertujuan untuk memperbarui masyarakat Hindu di India. Dalam karya-karyanya, Tagore memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kebebasan, serta cinta universal. Pengaruh filsafat humanisme dan spiritualitas sangat kental dalam setiap sajak, novel, dan dramanya.
Karya Tagore yang berhasil menarik perhatian dunia Barat adalah kumpulan puisi bertajuk Gitanjali atau Song Offerings. Karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Tagore sendiri dan kemudian diterbitkan pada tahun 1912. Dalam Gitanjali, Tagore mengekspresikan pengalaman spiritual yang mendalam dan mempersembahkan puisi-puisinya sebagai penghormatan kepada Yang Maha Kuasa. Penekanan pada pencarian jati diri dan kedamaian spiritual yang universal membuat Gitanjali diterima dengan hangat oleh pembaca di seluruh dunia. Bahkan, Tagore mendapatkan pujian dari sastrawan besar seperti W.B. Yeats, yang turut membantu memperkenalkan Gitanjali di Eropa.
Selain puisi, Tagore juga menulis novel, esai, cerita pendek, dan bahkan lagu kebangsaan. Dua karyanya yang terkenal, “Jana Gana Mana” dan “Amar Shonar Bangla,” kini menjadi lagu kebangsaan India dan Bangladesh. Melalui karyanya, Tagore berusaha menghapus sekat-sekat perbedaan budaya dan agama, mendorong persatuan serta kebersamaan.
Penghargaan Nobel yang diterima Tagore tidak hanya membawa kebanggaan bagi dirinya, tetapi juga untuk seluruh Asia, khususnya India yang pada masa itu berada di bawah penjajahan Inggris. Pengakuan ini menginspirasi banyak sastrawan, seniman, dan pemikir dari Asia untuk bangkit dan memperjuangkan karya-karya mereka di panggung dunia.
Rabindranath Tagore wafat pada 7 Agustus 1941, tetapi warisannya tetap hidup dan terus menginspirasi dunia. Melalui pemikirannya yang terbuka dan karyanya yang sarat makna, Tagore berhasil menciptakan jembatan budaya yang abadi. Hari ini, di tanggal 14 November, kita mengenang peristiwa bersejarah ini sebagai tonggak penting dalam sejarah sastra dan budaya dunia, sekaligus mengapresiasi sosok Tagore sebagai ikon kebudayaan India dan tokoh kemanusiaan universal.