Wartabianglala.Com, Lahat – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Lahat menggelar kegiatan sosialisasi mengenai Prasasti Sungai Duren (Prasasti Muhara Sune Duren) yang terletak di Kecamatan Merapi Barat, Lahat. Prasasti tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 2022 dan sebelumnya disimpan oleh Almarhum Syahrudin (Jurai Tue), yang merupakan generasi ke-13 dari pemegang prasasti berbentuk lempeng tembaga tersebut. Prasasti ini bertuliskan Aksara Jawa Kuno dengan tanggal tahun Saka 1317, yang diperkirakan berasal dari zaman Majapahit atau sekitar 700 tahun setelah masa Sriwijaya.
Pada Sabtu (30/11/2024), acara sosialisasi dibuka oleh Plh. Kepala Disdikbud Lahat, Eti Listina, yang menyatakan bahwa acara ini sudah lama direncanakan untuk dilaksanakan. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Ballroom Hungrypedia, Bandar Agung, Lahat.
“Ini adalah salah satu upaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk melestarikan benda-benda bersejarah. Tidak hanya megalitik, Kabupaten Lahat juga memiliki prasasti yang merupakan warisan berharga yang tidak dimiliki oleh semua daerah,” ungkap Eti.
Senada dengan itu, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Lahat, Syaihul Azhar SE MM, mengungkapkan bahwa pihaknya mengundang guru-guru SMP di Lahat dan sekitar lokasi, perangkat desa dari Negeri Agung, Ulak Pandan, dan Lebak Budi, serta lembaga adat dan masyarakat untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan prasasti ini.
“Kami senang bahwa undangan untuk desa-desa di sekitar lokasi disambut baik. Ternyata, menurut sejarah, nama daerah ini sudah tercatat sejak tahun Saka 1317. Jika ada kesempatan, kami akan melanjutkan kegiatan ini dengan ekspedisi Prasasti Sungai Duren atau kegiatan serupa di Lebak Budi dan sekitarnya,” jelas Syaihul.
Usmawan, Ketua Lembaga Adat Desa Lebak Budi, berharap agar prasasti ini dapat dikenalkan kepada generasi muda di kawasan Merapi.
“Kami berharap generasi mendatang dapat mengenal dan sadar untuk menjaga serta melestarikan prasasti ini. Di kawasan Merapi Barat, Timur, dan Selatan, yang dulunya merupakan satu kesatuan, terdapat banyak peninggalan sejarah,” ujar Usmawan.
Pakar sejarah dari BRIN, Dr. Wahyu Rizky Andhifhani, memaparkan bahwa lempeng prasasti ini memiliki 9 baris tulisan pada bagian recto dan 7 baris pada bagian verso. Syahrudin almarhum, yang merupakan generasi ke-13 dari Depati Abdul Mukmin, mengungkapkan bahwa lempeng prasasti ini memiliki bobot 1,33 kg, panjang 42 cm, dan lebar 15,3 cm.
Daerah sekitar memiliki Marga ‘Empat Suku Negeri Agung’, yang terdiri dari Marga Lebak Budi, Marga Ulak Pandan, Marga Negeri Agung, dan Marga Gunung Agung.
“Prasasti ini berisi penafsiran mengenai persengketaan dan penanda batas wilayah, termasuk menyebutkan Sungai Duren dan Bukit Surila (Serelo),” jelas Wahyu, yang berharap acara ini bisa berkembang menjadi seminar besar di Kabupaten Lahat atau bahkan di tingkat Sumsel. Menurutnya, tidak banyak daerah yang memiliki piagam atau prasasti lempeng dengan Aksara Jawa Kuno.