Wartabianglala.com, Lahat – Dinas Perkebunan Kabupaten Lahat bersama Pj Bupati Lahat, Imam Pasli, S.STP, M.Si, dan unsur Forkopimda melaksanakan kegiatan penanaman bibit kopi bersama di Desa Tanjung Tebat, Kecamatan Tanjung Tebat, pada Senin (16/12/2024) petang. Penanaman dilakukan di lahan seluas 1 hektar dengan metode tumpang sari antara kopi robusta dan jagung.
Kepala Dinas Perkebunan, Vivi Anggraini, S.STP, M.Si, menjelaskan bahwa jarak tanam kopi menggunakan pola 50 cm x 300 cm sehingga dapat ditanam sekitar 4.000 batang bibit kopi unggulan dari Puslitkoka. Bibit tersebut diperkirakan mampu menghasilkan sekitar 8 kg biji kopi per batang atau setara 1,8 ton per hektar.
“Selain itu, total bantuan yang disalurkan meliputi 150 ribu batang bibit kopi robusta dan 60 kg pupuk organik untuk mendukung luas lahan 150 hektar,” ujar Vivi.
Vivi menambahkan, momentum peringatan Hari Perkebunan Nasional ke-67 yang jatuh pada 10 November menjadi momen tepat untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Kabupaten Lahat tentang pentingnya sektor perkebunan dalam mendorong kesejahteraan dan pembangunan ekonomi di Bumi Seganti Setungguan.
“Program ini merupakan bagian dari Program Peremajaan Tanaman Perkebunan yang didukung oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI tahun 2024. Harapannya, program ini dapat memajukan perekonomian desa sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lahat,” lanjutnya.
Adapun kelompok tani penerima bantuan meliputi:
1. Poktan Tunas Maju dari Desa Kota Raya Lembak, Kecamatan Pajar Bulan.
2. Poktan Karya Bakti dari Desa Rambai Kaca, Kecamatan Suka Merindu.
3. Poktan Karya Muda dari Desa Nanti Giri, Kecamatan Jarai.
4. Poktan Talang Teluk dari Desa Genting, Kecamatan Tanjung Sakti Pumu.
5. Poktan Suka Maju dari Desa Muara Danau, Kecamatan Tanjung Tebat.
6. Poktan Karya Bhakti** dari Desa Tanjung Tebat, Kecamatan Tanjung Tebat.
Sementara itu, Pj Bupati Lahat, Imam Pasli, S.STP, M.Si, mengungkapkan bahwa tiga sektor utama penyumbang pendapatan Kabupaten Lahat saat ini adalah sektor pertambangan (45%), perkebunan/pertanian (31%), dan perdagangan (10%).
“Kegiatan peremajaan kopi ini menggunakan metode stek, pucuk sambung, dan penanaman ulang. Program ini dibiayai dari APBN. Kami sangat mengapresiasi langkah Dinas Perkebunan dalam melakukan terobosan untuk perbaikan di hulu kopi,” jelas Imam Pasli.
Ia juga menekankan pentingnya perawatan yang optimal agar hasil produksi maksimal. Selain itu, Imam Pasli menyoroti perlunya hilirisasi kopi ke depan dengan melibatkan berbagai pihak, seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi, Dinas Pekerjaan Umum, serta pemerintah desa.
“Dengan kolaborasi multi-stakeholder, kita bisa menambah nilai ekonomi kopi dari hulu hingga hilir,” pungkasnya.