wartabianglala.com, Lahat – Ketua Gerakan Cintai Lahat (GCL), Mahendra Reza Wijaya, mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap Gerakan Mahasiswa dan Pelajar Lahat (Gemapela) saat melakukan aksi unjuk rasa di Kantor Pemkab Lahat dan audiensi dengan Bupati Lahat, Bursah Zarnubi. Pernyataan tersebut disampaikan Mahendra melalui sebuah video yang diunggah di akun TikTok pribadinya hari ini, Sabtu (15/03/2025).
Dalam video tersebut, Mahendra menegaskan bahwa cara yang ditempuh Gemapela dalam menyampaikan aspirasi jauh dari kesan aktivis yang berkualitas. Ia menyoroti penggunaan kata-kata kasar yang dilontarkan dalam aksi tersebut, yang menurutnya mencerminkan kurangnya adab dan etika.
“Kami sangat mengapresiasi adik-adik Gemapela yang sudah melakukan aksi sebagai bentuk kontrol sosial. Tetapi kami sangat menyayangkan ada kata-kata kotor yang dilontarkan. Kalian mengatakan bahwa bupati dan wakil bupati ini ‘tai kucing.’ Kalian itu tidak ada etika!” ujar Mahendra dalam video tersebut.
Sebagai aktivis senior, Mahendra menekankan bahwa seorang demonstran seharusnya memiliki wawasan luas, sering membaca buku, serta mengikuti kajian dan diskusi. Ia mengingatkan bahwa Bursah Zarnubi sendiri merupakan aktivis pergerakan sejak mahasiswa yang dikenal memiliki penguasaan teori sosial dan sejarah yang kuat.
“Bupati Bursah ini saat mahasiswa juga sering demo, tapi beliau dan kawan-kawan aktivis di Jakarta ditempa dalam diskusi dan kajian yang serius. Makanya pejabat yang mereka demo pun respect dan mengacungi jempol. Tapi kalau demo hanya mengandalkan urat leher dan kata-kata kasar, itu primitif! Itu menunjukkan SDM para pendemo yang rendah,” lanjut Mahendra.
Ia juga menilai bahwa aksi yang dilakukan terlalu dini, mengingat Bupati Bursah Zarnubi baru beberapa hari menjabat. Mahendra menyebut bahwa kritik tetap diperlukan sebagai kontrol sosial, tetapi harus disampaikan dengan cara yang lebih bermartabat.
“Beliau ini baru ngantor dua-tiga hari, serta-merta kalian demo dengan kata-kata kasar yang sangat tidak pantas. Itu kurang ajar namanya! Kita ini aktivis, harus mengutamakan adab dan etika,” tegasnya.
Video Mahendra yang berisi kritik terhadap sikap Gemapela tersebut langsung mendapat beragam respons dari warganet, terutama masyarakat Lahat. Sebagian besar mendukung pandangannya dan sepakat bahwa demonstrasi harus dilakukan dengan cara yang lebih beradab dan intelektual.