wartabianglala.com, Lahat – Saat usai buka bersama KAHMI dan HMI Lahat, Sabtu (15/3/25) di Pendopoan Rumdin Bupati Lahat H Bursah Zarnubi SE berdialog santai dengan KAHMI dan HMI Lahat, terutama tentang Pendidikan.
Dirinya cukup prihatin dengan PISA Indonesia di mata dunia di peringkat 69, yang mengartikan bahwa termasuk tingkat intelektual dan rendahnya literasi anak-anak di Indonesia.
“Pondasi paling penting bagi kemajuan masyarakat Lahat adalah Pendidikan. Dalam sehari anak-anak kita membaca buku (literasi) mungkinkah hingga 6 jam. Hal ini yang harus kita perbaiki,” Ujar Bursah Zarnubi.
Lebih lanjut menurut Bursah, pola pendidikan ke depannya untuk anak-anak, seharusnya baik kaya atau pun miskin mereka punya kesempatan sama untuk mengenyam pendidikan.
“Ada kesempatan sama untuk anak-anak dipelosok mengenyam pendidikan. Pasti ada anak-anak yang cerdas dan butuh kesempatan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Bila perlu ke Stamford mereka tes. Sebab anak-anak ini yang nantinya bisa menelurkan pertanian, perkebunan dan perikanan yang unggul,” tegasnya.
PISA adalah Programme for International Student Assessment yakni studi internasional yang dilakukan oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) untuk mengevaluasi sistem pendidikan di berbagai negara.
Menelisik hal ini penulis mencoba mewawancarai seorang pelajar Lahat, yang mungkin bisa bisa menjadi inspirasi anak-anak di Bumi Seganti Setungguan, Lahat, bahwa semua anak punya kesempatan yang sama untuk bermimpi menggapai cita-cita mereka dengan segala keterbatasannya.
Meutya Qiblatin Noor (21 th) seorang mahasiswi asal Lahat yang kuliah di UPI Bandung, Jurusan Sastra Indonesia dan menginjak di tahun ke-3. Nilai IP yang digapai Tya panggilan akrabnya ini tak lepas dari angka 3,9 dan 4,0. Saat ini dirinya tinggal di Bandung sendiri dan kuliah dari beasiswa.
“Saya lulus MAN 1 Talang Jawa, Lahat pada tahun 2022. Setelah lulus saya bekerja di Kedai Tiga Kopi. Baru beberapa bulan saya ikut tes daring, melengkapi persyaratan. Tahap itu saya dipanggil ke Bandung, sejak Januari 2023 ikut berbagai pelatihan dari asrama untuk persiapan tes masuk perguruan tinggi,” katanya.
Dulu Tya bersekolah di MIN 3 Talang Jawa, Lahat, kemudian di MTSN 1 Talang Jawa, Lahat, dan MAN 1 Talang Jawa, Lahat. Sejak kecil dirinya selain mengaji di rumah tetangga, kegiatan sehari-hari banyak membaca.
Anak ke-3 dari 4 bersaudara ini tinggal di ujung Desa Pagarsari, Lahat. Bersekolah dengan berjalan kaki. Sejak di MTSN mulai terlihat prestasi di sekolah, lebih suka membaca komik ketika itu menurutnya. Tanpa disadari karya sastra ringan, floklore, jurnal kebudayaan dan filsafat juga dibaca ketika itu.
“Di MTsN jarang saya belajar, santai dan belum mengerti. Masih senang main. Walaupun sudah mulai juga menghafal juz 30 saja. Di MAN prestasi juga naik turun tapi sudah mulai serius belajar,” ungkap Tya via ponsel.
Selain prestasi di sekolah, beberapa lomba kepenulisan mulai diikutinya. Saat di Madrasah Ibtidaiyah sempat mengikuti Festival Sriwijaya tahun 2016 untuk Teater Cerita Rakyat Lahat dan berulang ikut pada pergelaran terbuka di Taman Wisata Alam Bukit Serelo diajak oleh BKSDA Lahat. Berturut-turut dalam lomba menulis surat untuk Bupati, sebagai finalis termuda di Lomba Seduh Kopi Manual Brew V60 di Kabupaten Muara Enim di tahun 2021.
Seorang teman sekolah di MAN Alma (21) mengatakan bahwa kemampuan menulis referensi buku sebetulnya sudah dilakukan sejak Tya duduk di MTSN.
“Di kelas baca buku, keluar main baca buku. Buku tebal-tebal itu cepat dihabiskannya membaca,” kata Alma.
Buku sastra atau fiksi ringan dibelinya atau tukar-menukar buku yang setelah dibaca buku yang dibeli dijual kembali. Setiap Jum’at ke Perpustakaan daerah Lahat berjalan kaki cuma untuk mendapatkan buku bacaan baru.
“Buku yang sudah kubaca, kujual lagi. Atau baca juga pinjam di perpustakaan. Saya tidak punya banyak uang saku, jadi harus punya banyak cara membaca ketika itu,” ulas Tya.
Sekarang selain kuliah, mencari tambahan uang saku, dirinya juga menjadi volunteer. Di akhir pembicaraan Tya berharap ada anak Lahat yang bisa mendapatkan beasiswa, meski persyaratannya cukup berat. Pesan Tya, sebaiknya selain belajar, membaca, membaca Al Qur’an setiap setelah Shalat lima waktu. Kecerdasan perlu diolah dengan kemampuan berorganisasi terutama di OSIS. Hal ini berperan penting juga bagi pelajar untuk berinteraksi dengan banyak orang nantinya.