wartabianglala.com, Lahat – Udara pagi masih segar di Kota Lahat, namun langkah kaki Dr. Hasperi Susanto, S.Pd., M.M., Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat, sudah mantap menapaki halaman sekolah. Hari ini bukan sekadar rutinitas kerja, tetapi menjadi bagian dari misi penting: memastikan kenyamanan belajar siswa melalui fasilitas dasar yang kerap terlupakan—WC sekolah.
Di tengah riuh keceriaan hari pertama masuk sekolah usai libur panjang Ramadhan dan Idulfitri 1446 H, Dr. Hasperi melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke tiga sekolah dasar negeri di jantung Kota Lahat: SDN 6, SDN 9, dan SDN 21. Tiga sekolah itu dipilih sebagai representasi dari semangat yang ingin ditularkan—bahwa pendidikan yang berkualitas harus berpijak dari tempat yang bersih dan manusiawi.
“Kalau anak-anak kita saja tak nyaman ke WC, bagaimana mereka bisa fokus belajar?” ucapnya lirih namun penuh penekanan, saat membuka satu per satu pintu toilet sekolah.
Bukan tanpa alasan. WC sekolah bukan sekadar ruang kecil di pojok bangunan, tetapi menjadi cermin dari perhatian dan kepedulian sistem pendidikan terhadap hak dasar siswa. Dalam beberapa temuan, masih ada sekolah yang belum memenuhi standar kebersihan dan pemisahan gender. Padahal, kenyamanan ini menjadi hak yang tak bisa ditawar.
Satu lubang WC untuk tiga puluh siswa, itu angka yang disampaikan Dr. Hasperi sebagai standar minimal. “Dan jangan lupa, harus ada pemisahan antara laki-laki dan perempuan. Ini bukan soal fasilitas semata, tapi juga soal pendidikan karakter dan penghormatan terhadap privasi,” lanjutnya.
Sidak kali ini juga menyentuh ranah administratif: absensi siswa, kehadiran guru, dan kesiapan lingkungan belajar pasca libur panjang. Namun titik berat tetap pada kebersihan WC. Hasperi tak hanya melihat, tetapi mencatat. Setiap sekolah yang ditemukan belum memenuhi standar akan mendapatkan catatan khusus sebagai bahan evaluasi dan pembenahan.
Di SDN 6, kondisi WC cukup baik, meski menurutnya masih butuh peningkatan pada ventilasi dan pencahayaan. Di SDN 9, ia tersenyum melihat siswa antre rapi menggunakan toilet, ia mengapresiasi kebersihan yang terjaga, tetapi tetap memberi masukan agar pemisahan WC laki-laki dan perempuan diperjelas dengan signage yang ramah anak. Begitu juga sarannya saat menyambangi SDN 21.
Sidak ini bukan tentang mencari kesalahan. Ia tentang menyentuh nurani. Bahwa di balik dinding sekolah, ada ruang-ruang kecil yang harus diperhatikan, agar anak-anak dapat tumbuh dengan sehat, nyaman, dan penuh semangat.
Program pembangunan WC sekolah yang layak dan bermutu ini merupakan salah satu instruksi langsung dari Bupati dan Wakil Bupati Lahat, sebagai bagian dari komitmen besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan daerah. Dan Disdikbud Lahat menjawabnya dengan gerak cepat—menyusuri lorong-lorong, membuka pintu-pintu kecil, dan membawa harapan besar dari baliknya.
“Kalau pendidikan dimulai dari kelas, maka kebersihan dimulai dari WC,” tutup Hasperi sambil melangkah keluar dari pintu sekolah terakhir. Langkahnya pelan, tapi sarat pesan: bahwa perubahan besar seringkali dimulai dari hal-hal kecil yang tak kasat mata.